Cuaca buruk, CPO sepekan justru diprediksi turun



JAKARTA. Harga crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah kembali menanjak. Sejumlah pengamat menilai anomali cuaca menjadi ancaman produksi CPO di Indonesia dan Malaysia.

Harga CPO pengiriman September kemarin (9/7) sampai pukul 19.00 WIB menanjak 0,73% menjadi RM 3.153 per ton. Serangan gelombang panas di Amerika Serikat (AS) mendorong naiknya harga kacang kedelai yang merupakan barang subsitusi CPO.

Climate Prediction Center di AS pada 5 Juli melaporkan jumlah titik panas di Lautan Pasifik terus bertambah. Sejumlah klimatolog percaya El Nino akan terjadi sampai September. Ini bisa mengganggu produksi.


Sejumlah lembaga riset seperti OSK Investment dan Alliance Investment Bank merevisi prospek sektor perkebunan dari "overweight" menjadi "neutral""Kami percaya produksi Malaysia yang sudah lemah bisa diperparah oleh ancaman El Nino ini," ujar Alvin Tai analis di OSK dalam laporannya seperti dikutip Bloomberg. Ia memperkirakan hal ini bisa menjadi katalis naiknya harga-harga komoditas.

Median survei Bloomberg menunjukkan, produksi year on year (yoy) CPO di Malaysia pada Juni telah jatuh 14% menjadi 1,5 juta ton. Sedangkan cadangan CPO sebesar 1,77 juta ton. Angka ini tidak berubah banyak dari bulan lalu yang merupakan level terendah 13 bulan.

"Cuaca buruk akibat El Nino akan mengganggu produksi CPO dan bisa menjatuhkan cadangan di paruh kedua tahun ini. Alhasil, harga akan melonjak," menurut riset Alliance. Mereka proyeksi harga akhir tahun bisa ke RM 3.300 dari perkiraan awal RM 3.200.

Penyebabnya, output Malaysia lebih rendah. Alliance memproyeksi outputnya bisa lebih rendah 10% dibanding tahun lalu sebanyak 18,9 juta ton. Belum lagi ada masalah kekurangan suplai kacang kedelai. Harga kacang kedelai sudah meroket 8,2% pada bulan ini.

Renji Bestari, analis Soegee Futures, menilai kenaikan harga CPO ini baru akan terlihat jelas dalam jangka panjang. Pasalnya, dalam jangka pendek setidaknya sepekan ini, harga CPO dinilai masih berada dalam tren koreksi.

Faktor pendorongnya adalah penguatan nilai tukar dollar AS terhadap mayoritas mata uang global. "Semua komoditas dalam dollar harganya naik karena nilai tukar," kata Renji. Ini membuat harga impor menjadi mahal. Alhasil permintaan bisa menurun.

Karena itu, Renji memprediksi, harga CPO pekan ini masih akan koreksi. Namun koreksi ini hanya sementara, dalam jangka satu bulan potensi penguatan jauh lebih besar. "Harganya bisa berada di kisaran di RM 2.950 sampai RM 3.000 per ton. Sedangkan potensi naik di RM 3.200 - RM 3.250 per ton," papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana