Cuaca buruk, ekspor sayuran layu



jakarta. Berbeda dengan tahun 2009 yang segar bugar, kinerja ekspor sayuran Indonesia di 2010 tampak layu. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor sayuran selama periode Januari-November 2010 hanya 190,2 juta ton. Volume ekspor ini turun 29,29% dibandingkan dengan volume ekspor periode sama 2009 yang sebanyak 268,9 juta ton.

Sementara nilai ekspor sayuran selama Januari-November 2010 hanya US$ 75,4 juta. Jumlah ini juga turun 13% dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai US$ 86,9 juta.

Benny Akusbini, Ketua Umum Dewan Holtikultura Nasional, mengatakan, penurunan ekspor terjadi pada hampir semua komoditas sayuran, seperti kol, kentang, dan sawi putih.


Selain sayur mayur, penurunan juga terjadi pada komoditi bumbu masakan, seperti bawang merah dan cabai.

Melorotnya kinerja ekspor sayur mayur ini seiring dengan cuaca yang tidak menentu yang membuat produksi sayuran di sejumlah sentra sayuran di Jawa maupun Sumatra menyusut signifikan.

Selain karena produksi menyusut, tidak kompetitifnya harga di pasar ekspor turut menekan laju ekspor sayuran. Itu terjadi lantaran biaya pengiriman dari Indonesia terlampau mahal. "Biaya logistik di Indonesia terlalu mahal," ujar Benny.

Jadi begitu tiba di negara tujuan ekspor, harganya melambung tinggi dan menjadi lebih mahal dibanding sayueran dari negara lain. Kondisi itu, membuat negara tujuan ekspor berpaling pada sayuran dari negara lain.

Untuk tahun ini, Benny memperkirakan kinerja ekspor sayuran belum membaik. Pasalnya, cuaca esktrem masih terus berlangsung. Akibatnya, produksi sejumlah komoditas sayur mayur masih melorot, sehingga harga tetap bertahan di level tinggi. "Kalau kinerja ekspor tahun ini bisa sama dengan 2009 saja, itu sudah bagus," kata Benny.

Bantah gagal

Anehnya, meski ekspor turun, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Hasanuddin Ibrahim mengklaim, produksi sayuran sepanjang tahun lalu relatif stabil. "Khusus untuk sayur sendiri tidak mengalami masalah, kecuali cabai,” kata Hasanuddin, Kamis (6/1).

Hasanuddin juga meragukan data yang dirilis BPS tersebut. Dia menilai, laporan BPS itu masih bersifat data sementara. Kementan sendiri, imbuhnya, sampai saat ini masih melakukan penelitian dan pengumpulan data. "Jadi belum ada data yang valid soal penurunan ekspor sayuran," ujar Hasanuddin.

Kalau pun ekspor sayur mayur benar turun, menurut Hasanuddin, hal itu bisa saja karena permintaan dalam negeri meningkat, sehingga banyak terserap di pasar domestik. Apalagi, menurutnya, banyak perayaan hari besar tahun lalu, sehingga permintaan masyarakat akan kebutuhan pokok, termasuk sayur meningkat."Jadi walaupun ada penurunan ekspor, itu tidak bisa dipandang sebagai kegagalan," kata Hasanuddin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini