Cuaca buruk, harga kentang dan ikan melambung



JAKARTA. Cuaca buruk yang terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia sejak awal tahun ini mengakibatkan hasil pertanian dan perikanan tangkap terganggu. Selain dari sisi on farm, jalur distribusi pemasaran juga terhambat akibat banjir. Salah satu komoditas pertanian yang terkena dampak dari kondisi ini adalah kentang. "Dari sisi kualitas tidak masalah, tetapi dari sisi kuantitas menjadi berkurang," kata M. Mudasir, Ketua Asosiasi Petani Kentang Dataran Tinggi Dieng, Rabu (22/1). Mudasir bilang, bila pada saat kondisi normal produksi kentang dapat mencapai 15 ton per hektare (ha)-18 ton per ha, kini dengan curah hujan yang cukup tinggi di wilayahnya mengakibatkan produksi maksimal rata-rata hanya 15 ton per ha. Harga jual kentang di tingkat petani di daerah Dieng sendiri saat ini mengalami peningkatan. Mudasir membandingkan, bila saat rata-rata tahun lalu harga kentang hanya Rp 6.000 per kilogram (kg), awal tahun ini meningkat menjadi Rp 7.000 per kg-Rp 7.500 per kg. Mudasir bilang banjir yang melanda beberapa wilayah seperti di Jawa Barat mengakibatkan suplai kentang ke Jakarta menjadi terkendala. Asal tahu saja, selain dipasarkan ke wilayah Jawa Timur, kentang Dieng juga di jual ke wilayah lain seperti Jakarta dan Bandung. Sejak banjir melanda wilayah Jawa Barat yang terjadi baru-baru ini, suplai kentang dari Dieng ke Jakarta membutuhkan waktu hingga tiga hari. Padahal normalnya, waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman hanya satu hari. Mengutip data Kementerian Perdagangan (Kemendag) suplai produk hortikultura lainnya ke pasar induk Kramat Jati rata-rata mengalami penurunan. Untuk kentang misalnya, pada minggu ke tiga bulan Januari ini suplainya 539 ton, turun 18,9% dibanding minggu pertama bulan Januari sebanyak 665 ton. Pasokan bawang merah juga mengalami penurunan dari 585 ton pada minggu pertama bulan Januari, menjadi 385 ton pada minggu ketiga bulan Januari. Pasokan cabe juga turun dari 947 ton pada minggu pertama bulan Januari menjadi 926 ton di minggu ke tiga bulan Januari. Selain produk hortikultura, cuaca buruk juga berdampak terhadap hasil tangkapan nelayan. "Nelayan yang memiliki kapal dibawah 5 GT (gross ton) pasti akan terganggu, dan hasil tangkapannya berkurang," kata Tarmizi AJ, Ketua HNSI Anambas, Kepulauan Riau. Seperti halnya harga produk hortikultura, cuaca buruk ini juga mengakibatkan harga ikan melambung. Tarmizi mencontohkan, bila waktu normal harga ikan tongkol dengan ukuran 1,5 kg dijual dengan harga Rp 20.000, kini naik menjadi Rp 40.000 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan