Cuaca buruk rugikan Britania Raya £ 1 miliar



KONTAN.CO.ID - LONDON. Cuaca buruk yang menghantam Britania Raya sepanjang pekan lalu mengakibatkan kerugian £ 1 miliar dan mengancam penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal I-2018.

Mengutip The Guardian, kombinasi cuaca buruk "binatang buas dari timur" yang menyapu dari Siberia dan kedatangan badai Emma yang memukul pantai selatan kemungkinan merupakan peristiwa cuaca paling mahal sejak 2010, ketika suhu dan salju membeku dan membuat ekonomi macet.

Laporan kerugian yang dialami ini belum termasuk laporan kerugian yang dialami oleh sektor pengangkutan dan sektor ritel, yang akan menghitung biaya cuaca beku setelah beberapa pembatalan jadwal kereta api, terjadinya serangkaian kecelakaan di jalan raya.


Para ekonom mengatakan pertumbuhan PDB bisa turun hingga 0,2% pada kuartal pertama tahun ini, separuh tingkat pertumbuhan yang dicanangkan pemerintah yang sebesar 0,4%. "Ada kemungkinan bahwa cuaca buruk dapat menyebabkan pertumbuhan PDB dikurangi sebesar 0,1 % dan mungkin 0,2% jika cuaca yang parah terus berlanjut," kata Howard Archer, ekonom EY ITEM Club kepada The Guardian.

Kerugian akibat cuaca buruk ini seakan mengulangi kejadian sama yang dialami oleh Britania Raya 2010 silam. Saat itu, suhu beku dan salju di minggu sebelum Natal dianggap sebagai salah satu rekor terburuk dan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi. Kantor Statistik Nasional atau Office for National Statistics (ONS) menghitung bahwa cuaca ekstrem menggerus pertumbuhan PDB hingga 0,5%.

Terkait dengan kejadian cuaca buruk saat ini, ONS optimistis dampaknya tidak akan sebesar kejadian 2010 silam. Pasalnya, penurunan besar dari 0,6% pada kuartal ketiga menjadi 0,1% pada kuartal IV-2010 sebagian besar disebabkan oleh efek Natal. 

Musim belanja akhir tahun yang seharusnya menjadi momen menguntungkan bagi perekonomian saat itu tidak terjadi sehingga kerugian yang dialami dalam sebulan sangat besar. "Saat ini kejadiannya tidak seperti 2010 dan kami optimis efek cuaca buruk ini akan segera hilang dan semua aktivitas yang hilang akan sembuh total," terang juru bicara ONS kepada The Guardian.

Editor: Herlina Kartika Dewi