KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cuaca dingin di Amerika Serikat masih mewarnai pergerakan harga gas alam. Namun, selain cuaca, pasar juga mulai memantau potensi penggunaan gas alam untuk kapasitas industri dan rumah tangga di China dan India. Mengutip Bloomberg, Senin (22/1) pukul 14.56 WIB, harga gas alam pengiriman Februari 2018 di New York Mercantile Exchange naik 1,98% ke level US$ 3,248 per mmbtu. Sejak awal tahun, harganya sudah melambung 9,66%. Kenaikan harga gas alam merespon rilis data Energy Information Administration (EIA) pada 18 Januari, yang menunjukkan penurun persediaan gas alam di AS. Hingga 12 Januari lalu, stok gas alam AS turun menjadi 183 miliar kaki kubik, atau di bawah level rata-rata lima tahun terakhir yang mencapai 203 miliar kaki kubik. Hal ini menunjukkan cuaca dingin di sana masih berlangsung dan menjadi penggerak harga komoditas energi ini.
Cuaca dan potensi permintaan besar memantik harga gas alam
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cuaca dingin di Amerika Serikat masih mewarnai pergerakan harga gas alam. Namun, selain cuaca, pasar juga mulai memantau potensi penggunaan gas alam untuk kapasitas industri dan rumah tangga di China dan India. Mengutip Bloomberg, Senin (22/1) pukul 14.56 WIB, harga gas alam pengiriman Februari 2018 di New York Mercantile Exchange naik 1,98% ke level US$ 3,248 per mmbtu. Sejak awal tahun, harganya sudah melambung 9,66%. Kenaikan harga gas alam merespon rilis data Energy Information Administration (EIA) pada 18 Januari, yang menunjukkan penurun persediaan gas alam di AS. Hingga 12 Januari lalu, stok gas alam AS turun menjadi 183 miliar kaki kubik, atau di bawah level rata-rata lima tahun terakhir yang mencapai 203 miliar kaki kubik. Hal ini menunjukkan cuaca dingin di sana masih berlangsung dan menjadi penggerak harga komoditas energi ini.