Cuaca dingin ekstrem mulai panaskan gas alam



JAKARTA. Cuaca dingin ekstrem yang melanda wilayah Amerika Serikat (AS) membuat harga gas alam mencatat kenaikan terbesar sejak Desember lalu. Mengutip Bloomberg, Jumat (29/1) harga gas alam kontrak pengiriman Maret 2016 di New York Merchantile Exchange menguat 5,3% ke level US$ 2,298 per mmbtu dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, harga gas alam telah menanjak 7,3%. Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, gas alam masih akan mengalami penguatan setidaknya hingga pertengahan Februari 2016 lantaran adanya cuaca ekstrem di AS. "Bahkan ada beberapa negara bagian AS yang dinyatakan dalam keadaan darurat," ujarnya. MDA Weather Services meramalkan suhu udara di bawah normal akan melanda AS sejak tanggal 3 hingga 12 Februari mendatang. Energy Information Administration Kamis pekan lalu melaporkan adanya penarikan gas alam dari cadangan dengan angka terbesar sejak 11 bulan terakhir. Total cadangan gas alam per 22 Januari 2016 mencapai 3,086 triliun kaki kubik atau 16,3% lebih tinggi dari rata - rata lima tahun. Cadangan gas alam turun 201 miliar kaki kubik. Sementara jumlah rig gas alam AS mencatat rekor terendah lantaran para produsen mulai mengurangi produksi di tengah pelemahan harga. Tidak hanya di AS, cuaca dingin juga melanda sebagian belahan dunia lainnya seperti di wilayah Eropa dan Asia. Kondisi cuaca dingin yang buruk membuat permintaan gas alam meningkat. Akibatnya cadangan gas alam mengalami penurunan. Lebih dari 50% warga as menggunakan gas alam sebagai pemanas ruangan. Pada bulan Desember hingga Maret merupakan musim dingin di sebagian wilayah AS, Eropa, dan Asia sehingga membawa sentimen positif bagi harga gas alam. Cuaca ekstrem yang semula diramalkan pada bulan Desember 2015 tidak terjadi dan bergeser ke bulan Januari - Februari 2016. Di samping itu, Ibrahim menilai adanya berbagai stimulus ekonomi dari beberapa negara seperti Jepang, Eropa dan China juga turut mengangkat harga gas alam. Dengan adanya stimulus, ekonomi global diharapkan mengalami perbaikan sehingga berimbas pada meningkatnya permintaan gas alam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan