Cuaca dukung produksi hortikultura



JAKARTA. Kondisi iklim yang lebih baik membuat produksi hortikultura Tanah Air pada tahun ini meningkat. Bahkan Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia (AESBI) mengklaim, sepanjang semester pertama tahun ini produksi buah dan sayuran Indonesia naik 6% dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya. Kenaikan produksi diharapkan juga akan menaikkan realisasi ekspor.

Peningkatan produksi itu juga disebabkan oleh rendahnya realisasi panen tahun 2015 dan 2016 akibat cuaca buruk. "Produksi semester satu naik sampai enam persen," ujar Hasan Johnny Widjaja, Ketua Umum AESBI kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Sayangnya Hasan tidak mengatakan, angka pasti produksi buah dan sayuran Indonesia. Namun data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor buah Indonesia pada tahun 2015 mencapai US$ 368,68 juta dengan volume 354.508 ton. Jumlah itu naik dibandingkan tahun 2014 yang senilai US$ 302,2 juta.


Sedangkan menurut klaim Kementerian Pertanian, ekspor sayuran Indonesia pada tahun 2016 seperti kubis, sawi dan bunga kol mencapai sebesar 40.240 ton. Sedangkan ekspor buah-buahan Indonesia pada tahun 2016, seperti kelapa bulat, manggis dan pisang sebesar 564.372 ton.

Walau ada kenaikan produksi buah dan sayur di awal tahun, namun Hasan khawatir, pada semester kedua ada penurunan produksi seiring dengan masuknya musim hujan. Kondisi cuaca yang basah akan menumbuhkan jamur dan mengganggu tanaman, terutama untuk jenis cabai dan bawang merah.

Harga ideal

Cabai dan bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang menjadi sorotan. Apalagi kenaikan atau penurunan produksi dua komoditas itu berbanding lurus dengan produk hortikultura secara keseluruhan. Karena itu menjelang masuknya musim hujan pada bulan September, petani cabai dan bawang merah diminta untuk ikut mengamati cuaca sebelum melakukan proses tanam. Agar hasil produksi saat panen nantinya tetap berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi.

Ketua Asosiasi Hortikultura Nasional Anton Muslim Arbi mengatakan, petani bisa menghindari faktor cuaca ini dengan menanam lebih awal. Hal ini dimungkinkan karena periode Agustus-September menjadi periode ideal menanam karena transisi dari musim kemarau ke musim hujan. Cuaca ideal untuk menanam cabai dan bawang merah.

Anton memastikan produksi hortikultura, khususnya cabai dan bawang merah dalam kondisi aman. Hal ini terlihat dengan mulai stabilnya harga kedua komoditas pangan tersebut di pasaran.

Berdasarkan pantauan harga yang dilakukan KONTAN, saat ini harga cabai rawit merah berkisar Rp 51.800 per kilogram (kg) di tingkat konsumen. Harga ini sudah jauh menurun ketimbang harga rata-rata semester I-2017 yang berada di atas Rp 100.000 per kg, bahkan sempat menyentuh level Rp 160.000 per kg pada Maret lalu.

Untuk bawang merah saat ini harga di pasar mencapai Rp 34.800 per kg, jauh lebih rendah dibandingkan harga rata-rata semester I-2017 yang mencapai Rp 48.000 per kg. Walau harga di pasar turun, namun menurut Anton, harga di petani tidak ikut turun. Sebab keran impor yang sebelumnya kerap terjadi ketika menjelang panen mulai dikendalikan. "Ini mendorong petani lebih produktif," ujarnya.

Harga cabai rawat di tingkat petani bisa Rp 30.000 per kg, sedangkan harga bawang merah sekitar Rp 22.000 per kg. Harga ini dianggap telah sesuai dengan keinginan petani dan terjangkau oleh konsumen. Tahun ini Kemtan mentargetkan produksi cabai rawit 950.918 ton, cabai merah besar 1,1 juta ton, dan bawang merah 1,3 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini