Cuaca Ekstrem Pengaruhi Produksi dan Distribusi Bapok, Begini Langkah Pemerintah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cuaca ekstrem yang terjadi akhir-akhir ini berdampak pada distribusi dan juga produksi dari bahan pangan pokok pokok (bapok).

Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA), Rachmi Widiriani mengatakan untuk sisi produksi Kementerian Pertanian diyakini sudah menyiapkan strategi. Khususnya untuk komoditas yang perishable yaitu hortikultura.

Sedangkan dari sisi distribusi pihaknya memiliki program fasilitas distribusi pangan dari wilayah produsen ke konsumen. Hal tersebut juga menjadi upaya menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga pangan.


"Untuk kelancaran distribusi, Badan Pangan Nasional punya program fasilitasi distribusi pangan dari wilayah produsen ke konsumen, kerjasama dengan BUMN, Kementerian Perhubungan hingga asosiasi dan perusahaan logistik," kata Rachmi kepada Kontan.co.id, Minggu (8/1).

Baca Juga: Pengamat: Kebijakan Food Estate Perlu Dievaluasi

Adapun per 7 Januari 2023 kemarin, beberapa harga pangan masih ada yang di atas harga acuan pembelian/penjualan. Diantaranya beras medium rata-rata nasional masih ada di angka Rp11.579 per kilogram. Rachmi mengatakan harga beras masih tinggi lantaran saat ini memang belum memasuki masa panen.

"Karena belum masuk masa panen, beras CBP (cadangan beras pemerintah) terus dikeluarkan untuk stabilisasi pasokan dan harga," imbuhnya.

Adapun untuk rata-rata nasional komoditi pangan lain per 7 Januari kemarin ialah, kedelai berada di angka Rp 14.940 per kilogram. Harga kedelai tersebut juga berada diatas HAP yang telah ditetapkan.

Bawang merah Rp 37.037 per kilogram, dengan HAP Rp 36.500-Rp 41.500 per kilogram. Cabai merah keriting Rp 40.675 per kilogram dengan HAP Rp 37.000-Rp 55.000 per kilogram. Cabai rawit merah Rp 62.184 per kilogram, rata-rata harga tersebut sudah melebihi HAP Rp 40.000-Rp 57.000 per kilogram.

Kemudian telur ayam ras harga rata-rata nasional Rp 29.723 per kilogram, dengan HAP ditingkat konsumen Rp 27.000 per kilogram. Bawang putih Rp 27.137 per kilogram, daging ayam Rp 36.354 per kilogram dengan HAP Rp 36.750 per kilogram. 

Daging sapi rata-rata nasional Rp 136.183 per kilogram dengan HAP Rp 140.000 per kilogram. Minyak goreng curah rata-rata nasional Rp 14.587 per liter. Terakhir gula Rp 14.342 per kilogram dengan HAP di ritel Rp 13.500 per kilogram sedangkan di Indonesia Timur Rp 14.500 per kilogram.

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, untuk antisipasi kenaikan harga pangan yang naik di musim hujan pemerintah telah menyediakan subsidi transportasi bahan pangan.

"Transport diganti sehingga harganya bisa terukur. Kalau mahal lagi harganya disubsidi oleh Pemda dari anggaran 2% dari APBD," kata Zulkifli.

Upaya tersebut telah berjalan seperti di Bali dan DKI Jakarta. Zulkifli mengatakan disana telah menjalankan subsidi ongkos kirim sebagai langkah stabilisasi harga pangan. Adapun untuk stok dan harga pangan nasional diklaim Zukifli stabil.

Baca Juga: Tinjau Pasar Sentul Yogyakarta, Presiden Jokowi Dapati Harga Beras Masih Naik

"Sudah kalau di Bali itu harga sudah di subsidi jadi kalau bupati walikota, sekarang mereka aktif karena kalau enggak mereka dapat punishment dari Mendagri. ada hukumnya," jelasnya.

Pengamat Pertanian dan Guru Besar Teknologi Hasil Pertanian Unika Santo Thomas Medan Posman Sibuea menjelaskan, sebagai negara agraris dan kepulauan, fenomena cuaca ekstrem sangat merugikan petani.

Menurutnya, daya adaptabilitas tanaman dan produktivitas tanaman semakin menurun, sehingga mengancam ketahanan pangan nasional.

"Petani telah mengalami kerugian yang diakibatkan banjir yang terjadi saat ini. Gagal panen akan memicu kenaikan harga pangan," kata Posman.

Diketahui dengan adanya BMKG, maka informasi perubahan cuaca dan iklim dapat diformulasikan sebagai kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dengan cepat. Tak hanya itu, pemerintah diminta menyiapkan penanganan yang lebih baik untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim terhadap produksi pangan khususnya hortikultura.

"Jajaran pemerintahan terkait diminta mengembangkan sistem peringatan dini yang handal dengan menyediakan data dan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika secara cepat dan akurat yang dibutuhkan, serta menekankan untuk melakukan sistem edukasi kebencanaan yang berkelanjutan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi