JAKARTA. Meski tak setinggi tahun lalu, namun curah hujan tahun ini diperkirakan masih cukup tinggi. Kondisi ini tidak begitu mendukung bagi tanaman tembakau. Karenanya, target produksi tembakau tahun ini diperkirakan tidak akan tercapai. Asal tahu saja, Kementerian Pertanian pada tahun ini mematok produksi tembakau sebesar 182.000 ton. Jumlah ini jauh lebih tinggi ketimbang perkiraan jumlah produksi tembakau tahun 2010 lalu yang diperkirakan hanya mencapai sekitar 900 ton - 100.000 ton. Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Abdus Setiawan mengungkapkan sesuai dengan prediksi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tahun ini sebagian besar wilayah Indonesia masih akan mengalami kemarau basah sebagai dampak dari La Nina. Alhasil, "Kemungkinan ini akan berpengaruh pada produktivitas tanaman tembakau," ujarnya kepada KONTAN Senin (28/2). Ia memperkirakan, jika kondisi ini terus berlanjut maka produksi tembakau hanya akan sama dengan tahun 2010 lalu. Tapi, Wakil Ketua Umum Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) Budidoyo memperkirakan, akibat cuaca basah, tahun lalu produksi tembakau nasional hanya sekitar 900 ton - 100.000 ton. Jika mengikuti hitungan ini, maka produksi tembakau tahun ini hanya akan mencapai sekitar 55% dari target yang dipatok Kementan. Abdus mengungkapkan, selain masalah cuaca, target produksi tahun ini diperkirakan sulit tercapai karena di daerah Jawa Timur bagian Timur sebagai salah satu pusat produksi tembakau saat ini masih sering terjadi hujan abu dari Gunung Bromo. "Kalau hujan abu masih berlanjut sampai bulan Maret atau April, ini akan mempengaruhi keputusan petani untuk menanam tembakau," jelasnya. Meski begitu, Budidoyo masih optimistis produksi tembakau tahun ini akan lebih baik ketimbang tahun sebelumnya. Alasannya, "Berdasarkan siklus dan kebiasaan para petani di Indonesia, pada tahun ganjil para petani akan lebih banyak menanam tembakau ketimbang menanam jenis tanaman lain, " ujarnya. Karena itu ia masih optimistis petani akan menanam tembakau lebih banyak pada tahun ini. Hanya saja Budidoyo belum bisa menghitung dengan pasti berapa perkiraan produksi tembakau tahun ini. Sebab, musim tanam tembakau baru dimulai sekitar bulan April sampai Mei atau paling lambat Juni. "Jika kondisi saat tanam masih basah, dan pada saat panen sudah mulai kering maka panen akan bagus," ujarnya. Asal tahu saja, dari mulai penanaman hingga panen pertama tanaman tembakau membutuhkan waktu sekitar 50 hari - 70 hari. "Setelah itu, tembakau bisa dipanen dengan interval satu minggu sampai 10 hari," jelas Abdus. Penurunan produksi tembakau pada tahun lalu memang membuat para produsen pengguna tembakau harus mengimpor tembakau untuk mengamankan stok bahan bakunya. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, impor tembakau selama tahun 2010 sebesar 65.685 ton atau senilai US$ 378,710 juta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Cuaca masih tak menentu, produksi tembakau kemungkinan tak capai target
JAKARTA. Meski tak setinggi tahun lalu, namun curah hujan tahun ini diperkirakan masih cukup tinggi. Kondisi ini tidak begitu mendukung bagi tanaman tembakau. Karenanya, target produksi tembakau tahun ini diperkirakan tidak akan tercapai. Asal tahu saja, Kementerian Pertanian pada tahun ini mematok produksi tembakau sebesar 182.000 ton. Jumlah ini jauh lebih tinggi ketimbang perkiraan jumlah produksi tembakau tahun 2010 lalu yang diperkirakan hanya mencapai sekitar 900 ton - 100.000 ton. Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Abdus Setiawan mengungkapkan sesuai dengan prediksi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tahun ini sebagian besar wilayah Indonesia masih akan mengalami kemarau basah sebagai dampak dari La Nina. Alhasil, "Kemungkinan ini akan berpengaruh pada produktivitas tanaman tembakau," ujarnya kepada KONTAN Senin (28/2). Ia memperkirakan, jika kondisi ini terus berlanjut maka produksi tembakau hanya akan sama dengan tahun 2010 lalu. Tapi, Wakil Ketua Umum Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) Budidoyo memperkirakan, akibat cuaca basah, tahun lalu produksi tembakau nasional hanya sekitar 900 ton - 100.000 ton. Jika mengikuti hitungan ini, maka produksi tembakau tahun ini hanya akan mencapai sekitar 55% dari target yang dipatok Kementan. Abdus mengungkapkan, selain masalah cuaca, target produksi tahun ini diperkirakan sulit tercapai karena di daerah Jawa Timur bagian Timur sebagai salah satu pusat produksi tembakau saat ini masih sering terjadi hujan abu dari Gunung Bromo. "Kalau hujan abu masih berlanjut sampai bulan Maret atau April, ini akan mempengaruhi keputusan petani untuk menanam tembakau," jelasnya. Meski begitu, Budidoyo masih optimistis produksi tembakau tahun ini akan lebih baik ketimbang tahun sebelumnya. Alasannya, "Berdasarkan siklus dan kebiasaan para petani di Indonesia, pada tahun ganjil para petani akan lebih banyak menanam tembakau ketimbang menanam jenis tanaman lain, " ujarnya. Karena itu ia masih optimistis petani akan menanam tembakau lebih banyak pada tahun ini. Hanya saja Budidoyo belum bisa menghitung dengan pasti berapa perkiraan produksi tembakau tahun ini. Sebab, musim tanam tembakau baru dimulai sekitar bulan April sampai Mei atau paling lambat Juni. "Jika kondisi saat tanam masih basah, dan pada saat panen sudah mulai kering maka panen akan bagus," ujarnya. Asal tahu saja, dari mulai penanaman hingga panen pertama tanaman tembakau membutuhkan waktu sekitar 50 hari - 70 hari. "Setelah itu, tembakau bisa dipanen dengan interval satu minggu sampai 10 hari," jelas Abdus. Penurunan produksi tembakau pada tahun lalu memang membuat para produsen pengguna tembakau harus mengimpor tembakau untuk mengamankan stok bahan bakunya. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, impor tembakau selama tahun 2010 sebesar 65.685 ton atau senilai US$ 378,710 juta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News