Cuaca membaik, kinerja London Sumatra apik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan produsen minyak sawit mentah (CPO) PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) di kuartal III-2017 kembali membaik. Pencapaian tersebut didukung oleh cuaca yang bersahabat pada tahun ini.

Hingga akhir September tahun ini, LSIP mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 36,58% year-on-year (yoy) menjadi Rp 3,58 triliun. Pertumbuhan ini juga didukung oleh penjualan LSIP yang secara quarter-on-quarter (qoq) meningkat 10% menjadi Rp 1,1 triliun.

Laba bersih LSIP bahkan melonjak hingga 134,84% (yoy) menjadi Rp 639,5 miliar. Sementara laba bersih per saham sebesar Rp 94.


Selama sembilan bulan pertama tahun ini, LSIP memproduksi tandan buah segar (TBS) inti sebanyak 964.418 ton, atau tumbuh 16,1% (yoy).

Kinerja LSIP memang mulai pulih seusai terpapar El Nino pada tahun lalu. Analis Senior Henan Putihrai Sekuritas Yosua Zisokhi mengatakan, efek El Nino pada 2016 memang menekan kinerja sejumlah emiten produsen CPO, termasuk LSIP. Kini, efek El Nino mereda dan kinerja para pekebun sawit kembali pulih.

Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan, dalam riset Senin (30/10), menyebutkan, pertumbuhan pendapatan LSIP pada kuartal III-2017 disebabkan volume penjualan yang lebih tinggi, sekaligus mengimbangi penurunan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) emiten ini. Pada kuartal III-2017, harga jual rata-rata CPO menurun 3,5% (qoq) menjadi Rp 7.805 per kilogram. Di saat yang sama, volume penjualan CPO LSIP menanjak 12,6% menjadi 105.037 ton.

Produksi CPO LSIP menanjak 26,1% (qoq) menjadi 107.700 ton dengan produksi TBS lebih tinggi 27% (qoq) menjadi 360.800 ton. Hingga September 2017, LSIP memproduksi CPO seberat 288.205 ton. Andy memprediksi, produksi CPO LSIP pada kuartal IV-2017 akan turun 19% menjadi 86.886 ton. Hal ini lantaran sudah masuk musim hujan, yang bisa mengganggu operasional bisnis minyak kelapa sawit.

Prospek 2018

Sementara, Yosua menganalisa tahun depan produksi CPO LSIP bisa tumbuh 5%–7%. Alasannya, peluang terjadinya El Nino dan La Nina sangat kecil. Yosua memperkirakan pertumbuhan produksi satu digit dengan mempertimbangkan sedikitnya lahan baru LSIP. "Saat ini moratorium pembukaan lahan baru untuk CPO belum dicabut pemerintah. Karena tidak bisa membuka lahan baru maka untuk 2018 produksi CPO LSIP hanya naik 5%–7%," kata Yosua.

Henan Putihrai juga tidak mengubah perkiraan pertumbuhan produksi CPO LSIP. Sebab, meski moratorium sudah dicabut, perlu waktu empat tahun untuk menghasilkan CPO dari lahan baru. "Saat ini lahan immature tinggal 8.900 hektare, sementara lahan mature 85.000 ha. Pada 2018, yang akan mature tidak akan semuanya jadi, itu yang menyebabkan produksi CPO tidak terlalu naik signifikan," kata Yosua.

Maka peluang LSIP untuk menggenjot kinerja adalah dengan memanfaatkan masa panen terdekat untuk memproduksi CPO berkualitas tinggi dan fokus replanting di lahan yang sudah ada. "Ketika moratorium dicabut, ini juga bisa menjadi triggeruntuk LSIP kembali ekspansi lahan tanam," ungkap Yosua.

Selain itu, kinerja LSIP didukung harga CPO yang solid, yakni di atas RM 2.600 per ton. Perekonomian global dan nasional ke depan diproyeksikan berangsur membaik dan memberikan sentimen positif pada harga minyak sawit mentah.

Bahkan, Yosua optimistis saat peak season atau saat permintaan sedang tinggi, maka harga CPO bisa menembus RM 2.900 per metrik ton. "Dengan harga CPO yang meningkat, produksi stabil dan cuaca kondusif, maka akan menambah pendapatan LSIP," kata Yosua.

Henan Putihrai memperkirakan pendapatan LSIP pada tahun depan tumbuh 6,5% (yoy) menjadi Rp 4,8 triliun. Adapun laba bersihnya naik 5% (yoy) menjadi Rp 833 miliar. Yosua merekomendasikan buy saham LSIP dengan target harga Rp 1.710 per saham.

Sementara Andy merekomendasikan hold dengan target harga Rp 1.500. Adapun analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa merekomendasikan buy dengan target harga Rp 1.680. Harga saham LSIP kemarin naik 0,33% menjadi Rp 1.500 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini