Cuaca memicu gas alam mengangkasa



JAKARTA. Harga gas alam kembali cerah, setelah selalu menguat dalam tiga hari berturut-turut. Namun, penguatan harga terbatas akibat tingginya pasokan. Mengutip Bloomberg, Kamis (14/7) pukul 17.42 WIB, kontrak harga gas alam pengiriman Agustus 2016 di New York Mercantile Exchange menguat tipis 0,1% menjadi US$ 2,74 per mmbtu.

Tapi, sepekan terakhir, harga masih tergerus 2,2%. Ramalan cuaca panas di beberapa wilayah di Amerika Serikat (AS) menjadi pendorong kenaikan harga gas alam. MDA Weather Services memperkirakan, suhu panas di atas normal akan menyapu wilayah Midwest AS mulai 18 Juli - 22 Juli mendatang.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, musim panas di wilayah AS, Eropa dan sebagian wilayah China akan terjadi dalam dua bulan ke depan. Hal ini akan memicu kenaikan permintaan gas alam karena persediaan diprediksi berkurang.


Di samping itu, indeks dollar AS terus tertekan. Apalagi Perdana Menteri Inggris Theresa May bertekad mendorong negosiasi perdagangan Inggris seusai Brexit. Tak hanya itu, upaya bank sentral dunia untuk menggelontorkan stimulus ekonomi turut memberi harapan pada stabilitas pasar.

"Tren perdagangan gas alam selama sepekan ke depan kemungkinan akan terus menguat," papar Ibrahim.

Namun demikian, tingginya persediaan masih membatasi laju kenaikan harga gas alam. Total persediaan gas alam per 1 Juli lalu mencapai 3,179 triliun kaki kubik atau 23% di atas rata - rata lima tahun. Ibrahim menduga, penguatan harga gas alam bisa mencapai US$ 3 per mmbtu di musim panas ini.

Tetapi harga yang terlampau tinggi dapat memicu koreksi, baik secara teknikal maupun fundamental. "Harga US$ 3 per mmbtu merupakan angka tertinggi, bisa saja harga kembali koreksi dan menuju US$ 2,5 per mmbtu," tutur Ibrahim.

Sementara indikasi teknikal menurut Ibrahim, menunjukkan peluang harga gas alam menguat dalam jangka pendek. Indikator bollinger band dan MA 25% di atas bollinger tengah. Indikator stochastic 70% positif demikian juga dengan MACD yang berada di level 60% positif.

Adapun indikator RSI 60% negatif. Jumat (15/7) Ibrahim memprediksi, gas alam naik dan bergerak di antara US$ 2,73-US$ 2,8 per mmbtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie