Cuaca panas, gas alam tancap gas



JAKARTA. Harga gas alam mencatat kenaikan mingguan setelah laporan pemerintah Amerika Serikat membawa sentimen positif. Energy Information Administration (EIA) merilis data persediaan gas alam yang berada di bawah perkiraan.

Mengutip Bloomberg, Jumat (11/9) 19.50 WIB, harga gas alam kontrak pengiriman oktober 2015 di bursa New York Mercantile Exchange turun tipis ke level US$ 2.681 per mmbtu dari hari sebelumnya US$ 2.683 per mmbtu. Selama sepekan gas alam naik 1%.

Berdasarkan data EIA, persediaan gas alam naik sebesar 68 miliar kaki kubik pada pekan pertama bulan ini menjadi 3,26 triliun kaki kubik. Data tersebut berada di bawah survey analis Bloomberg sebesar 74 miliar kaki kubik. Data persediaan yang lebih rendah dari perkiraan ini baru pertama terjadi sejak awal tahun.


Ibrahim, Analis dan Direktur PT Ekuilibrium Komoditi Berjangka menjelaskan cuaca ekstrim yang terjadi pada hampir seluruh belahan dunia memicu kenaikan permintaan gas alam. "Kondisi cuaca panas menimbulkan rumor kebutuhan gas alam relatif tinggi, terutama di Amerika dan Eropa," ujarnya.

MDA Weather Services di Gaithersburg, Maryland memperkirakan suhu udara di kawasan Midwest dan Texas melalui Pantai Timur Amerika diprediksi akan berada di atas normal pada tanggal 15 - 24 September. Menurut Ibrahim, 45% rumah tangga di Amerika menggunakan gas alam sebagai sumber tenaga pengatur suhu ruangan.

Berdasarkan data LCI Energy Insight, pengiriman gas alam untuk pembangkit listrik di AS selama sepekan terakhir mencapai rata-rata 31,16 miliar kaki kubik per hari, atau naik 11% dari rata-rata tahun lalu di waktu yang sama. Data pemerintah menunjukkan pemakaian generator listrik telah mencapai 48% dari total penggunaan gas alam di AS.

Persediaan gas alam diperkirakan akan mencapai puncaknya yakni sebesar 3,84 triliun kaki kubik per hari pada akhir Oktober mendatang atau 43 miliar di atas rata-rata. EIA menaikkan estimasi produksi tahun ini menjadi 78,95 miliar kaki kubik per hari dari sebelumnya 78,72 miliar kaki kubik per hari.

Di samping itu, penurunan produksi batubara turut berimbas pada gas alam, mengingat dua komoditas tersebut saling menggantikan. Para produsen terpaksa memangkas produksi batubara mereka lantaran permintaan yang terus turun. Sementara harga batubara enggan beranjak naik. "Pada saat batubara jatuh, harga gas alam turun," lanjut Ibrahim.

Ibrahim menduga harga gas alam masih berpeluang naik hingga akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto