KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai makanan pendamping atau camilan, roti kian digemari. Olahan terigu ini bahkan seringkali menjadi pengganti nasi ketika rasa lapar mendera. Gampang dibawa dan juga praktis dikonsumsi, juga cocok ditemani berbagai jenis minuman ketika menikmatinya. Kebutuhan masyarakat yang besar akan roti membuat peluang usaha untuk membuka toko roti atau bakeri jadi cukup besar dan menjanjikan. Sejumlah toko roti atau bakeri ini berkembang, namun ada juga yang stagnan. Review kali ini akan mengulas beberapa merek waralaba toko roti yang pernah KONTAN tulis sebelumnya. Di antaranya ada Roti John, Roti Maharani, dan Yakitate Bakery.
Roti John Salah satu pelaku usaha toko roti yang menawarkan kemitraan adalah Hafizh Suradiharja. Usaha besutannya yang diberi nama Roti John berdiri sejak tahun 2005 melalui PT John Fresh Bakery Indonesia. Hafizh mulai menawarkan paket kemitraan pada 13 November 2015. Nampaknya, bisnis Roti Jon cukup berkembang. Jumlah gerainya terus bertambah setiap tahun. Saat diulas KONTAN pertengahan Maret 2017 lalu, usaha ini sudah memiliki 22 gerai mitra yang tersebar di kota Solo, Wonogiri, Depok, Bekasi, Pekan Baru, dan Bali. Hafizh Suradiharha, pemilik John Fresh mengatakan, ada tambahan tiga mitra lagi, sehingga saat ini sudah ada 25 gerai mitra. Tiga mitra baru itu berlokasi di Bogor dan Bojonegoro. Bicara tentang kemitraan, Hafizh menuturkan, hingga saat ini tidak ada perubahan paket kemitraan. Paket investasi Roti John tetap senilai Rp 98,5 juta dan Rp 175 juta. "Tahun ini belum ada perubahan, namun akan ada kenaikan tahun depan karena kami harus menambah tim di kantor mitra dengan menambahkan support baru untuk digital marketing" ujarnya kepada KONTAN. Menurutnya, meskipun tidak ada perubahan pada paket kemitraan, ada kenaikan pada harga produk sebesar Rp 5.000–Rp 7.000. "Sebelumnya kami membanderol harga makanan mulai dari Rp 12.000 –Rp 25.000 dan untuk kopi Rp 13.000–Rp 25.000, namun untuk mengimbangi harga bahan baku yang meningkat solusinya adalah menaikkan harga" terang Hafizh. Ia menjelaskan, meskipun jumlah gerai mitra bertambah namun saat ini ia masih terkendala dengan pemilihan lokasi yang potensial. "Kendalanya saat ini, ya sulit untuk mendapatkan lokasi yang potensial yang sesuai dengan target market yang kita tuju" tuturnya. Namun, kata Hafizh guna terus mengembangkan usaha tersebut pihaknya sedang fokus membangun tim digital marketing di kantor pusat. "Ke depannya kami berharap bisa terus berinovasi mengikuti kebutuhan pasar agar kita mendapat nilai lebih dari kompetitor yang lain dan kami targetkan bisa menambah tiga gerai mitra lagi di luar tiga lokasi yang sudah kami bangun tahun ini," tuturnya. Roti Maharani Pelaku usaha toko roti lainnya adalah Saiful HM Putra, pemilik Roti Maharani asal Yogyakarta. Berdiri sejak tahun 2003 silam, Roti Maharani menawarkan kemitraan sejak tahun 2013. Saat diulas KONTAN pada September 2015, gerai Roti Maharani sudah memiliki 5 gerai milik sendiri. Saat ini, gerai Roti Maharani masih sama. "Masih lima gerai milik sendiri, belum ada gerai mitra. Dan semua gerainya masih di sekitar Jogja," ujar Saiful. Ia mengatakan meski belum ada tambahan gerai mitra, pesanan aneka roti di lima gerai miliknya terus mengalir. Roti Maharani menjual lebih dari 50 jenis roti, seperti roti mandarin, roti bolu gulung, lapis legit, brownies, aneka roti kering dan sebagainya. Saiful menjelaskan, jika dirinya terus berinovasi varian roti baru setiap tahun. Dan sebelum varian baru diluncurkan, pihak marketing Roti Maharani melakukan survei ke masyarakat. "Inovasi terus dilakukan, biasanya saya nambah dua sampai tiga varian baru setiap tahun. Dan varian baru yang diluncurkan sudah dites di masyarakat bagaimana rasanya, apa saja kurangnya," kata Saiful. Ia mengatakan jika nilai investasi Roti Maharani mengalami kenaikan. Saat ini nilai investasinya menjadi Rp 125 juta, dari yang sebelumnya Rp 75 juta. Paket tersebut adalah paket komplit dan langsung siap memulai usaha. "Sudah termasuk mesin membuat kue dan semua peralatan. Kami juga kasih free training karyawan selama sebulan dan mitra kami selalu didampingi," tutur Saiful. Ditanya soal kendala, Saiful tidak menampik jika persaingan bisnis roti semakin ketat. Dua tahun belakangan, aneka bisnis roti baru dengan ragam kreasi banyak bermunculan di Yogyakarta. Ketatnya persaingan membuat Saiful memutar otak dan menyusun strategi. Roti Maharani memilih untuk mempertahankan kualitas rasa roti buatannya. "Meski banyak toko roti yang baru muncul, kami tetap banyak pelanggan, karena motto Roti Maharani ini rasa roti bintang lima, harga sederhana. Jadi saya jamin, rasa roti kami tidak kalah bersaing dengan roti-roti yang harganya lebih mahal," jelas Saiful. Dengan mematok harga terjangkau, yakni mulai Rp 15.000 per loyang, Roti Maharani kerap diserbu konsumen untuk acara-acara tertentu, seperti hajatan. Maka tak heran jika pesanan yang masuk sampai 500 buah roti. Ditanya soal rencana ke depan, Saiful ingin menambah gerai Roti Maharani, tapi mungkin tidak dalam waktu dekat. Untuk saat ini dirinya tengah fokus menjalankan lima gerai miliknya. "Saat ini mengelola yang ada dulu saja, daripada nambah gerai, tapi kami tidak bisa melayani pelanggan dengan baik," pungkasnya. Yakitate Bakery Usaha roti yang berada di bawah naungan PT Hari Mulia Sentosa dan satu perusahaan dengan Djakarta Bistro & Café ini berdiri sejak tahun 2013. Selang dua tahun, perusahaan menawarkan kemitraan. Saat diulas KONTAN pada tahun 2016 lalu, usaha roti khas negeri sakura, Jepang, ini belum mempunyai mitra usaha. Dua tahun berlalu, kini sudah ada dua mitra yang bergabung, semuanya berada di Jakarta. Saweri Sapetoding, sang pemilik, mengaku belum ada perubahan untuk paket kerjasama. Mereka masih mematok nilai investasi sebesar Rp 100 juta untuk setiap calon mitra yang ingin berkerjasama. Dengan modal tersebut, fasilitas yang diberikan kepada mitra adalah konstruksi outlet termasuk interior, bahan baku, peralatan lengkap, pelatihan, dan
franchise fee sebesar Rp 30 juta untuk tiga tahun. Perlu dicatat, bila kontrak habis maka mitra hanya perlu membayarkan Rp 30 juta untuk memperpanjang masa kerjasama. Lainnya, harga jual produk di gerai Yakitate Bakery kini dibanderol mulai dari Rp 12.000 sampai Rp 22.000 per buah. Saweri mengaku, sudah tidak lagi menjual produk dengan harga di bawah Rp 12.000 karena kurang diminati oleh konsumen. "Kami juga mulai mengembangkan usaha dengan menyediakan minuman es tebu di setiap outlet," tambahnya pada KONTAN. Kendala usaha yang dihadapinya kini ada pada tahap produksi. Sulitnya mencari bahan baku impor di pasaran membuatnya harus cermat berhitung untuk mengamankan stok bahan baku. Ketatnya persaingan tidak membuat Saweri ikut dalam arus. Dia tetap menyajikan roti klasik khas Jepang serta menjaga kualitas produksi dan citarasa untuk menjaga kepuasan konsumen. Pelaku usaha harus punya strategi tepat Pengamat Waralaba Djoko Kurniawan menilai peluang bisnis roti di Indonesia masih terbuka lebar. Syaratnya, pengelolaan harus baik dan punya strategi yang tepat. Menurut Djoko, kunci sukses gerai roti adalah kualitas produk dan pelayanan yang konsisten. "Standar premium untuk setiap jenis roti harus ada, juga harus mudah dipelajari tim produksi. Jadi bisnis toko roti tidak boleh bergantung hanya dengan satu orang ahli produksi saja," ujar Djoko.
Ia juga menyoroti agar pelaku usaha memiliki komunikasi marketing yang tepat. Biasanya, kesalahan pemasaran terjadi ketika pengelola gagal paham mengenai segmen market yang dibidik. Padahal, Djoko bilang, pasar roti bisa membidik siapa saja baik usia maupun pendapatan tergantung dari jenis produk dan harga roti yang ditawarkan. Djoko berpendapat, memiliki tim marketing digital menjadi penting saat ini. Tujuannya guna mengomunikasikan produk kepada target market. Kunci dari tim digital yakni harus konsisten dalam mengkomunikasikan produk. Selain itu, ide dan kata-kata yang menarik harus dipikirkan. "Banyak orang yang punya tim digital tapi tata kelolanya buruk sehingga ujungnya tidak punya kontribusi untuk perusahaan," pungkas Djoko. Kendati mengakui jika ada ketergantungan pelaku usaha terhadap bahan impor, namun Djoko tidak melihat hal ini sebagai masalah. Buktinya banyak toko roti yang tetap buka dan ramai pelanggan. "Pengaturan stok bahan juga perlu agar tidak terjadi kekosongan stok. Jadi harus ada manajemen stok dan kontrol bahan baku untuk menghindari stok yang habis," tutup Djoko. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Johana K.