Cuan bisnis dari aplikasi donasi



Mendonasikan uang kepada kaum dhuafa dan pihak-pihak yang membutuhkan adalah salah satu amalan baik yang sangat dianjurkan oleh agama. Namun terkadang masyarakat merasa enggan berdonasi lantaran ketidakjelasan kredibilitas pihak pengumpul donasi. Kadang pula pengumpulan donasi lewat Anjungan Tunai Mandiri (ATM) atau situs tertentu terlalu merepotkan sehingga tidak efektif.

Itulah yang mendasari sejumlah mahasiswa Universitas Indonesia (UI) menciptakan sebuah aplikasi ponsel yang memungkinkan pengguna berdonasi dengan mudah hanya lewat ponsel bernama PUshla.

Lewat aplikasi ini, pengguna bisa memilih proyek sosial tertentu yang ingin didonasikan serta bisa memantau perkembangan proyek tersebut secara real time.    


Awalnya Pushla dibentuk dari sebuah kompetisi Hackathon yang diselenggarakan Tech in Asia. Sekadar informasi, kompetisi Hackathon ini merupakan sebuah ajang bagi para pengembang web menunjukkan bakatnya dalam menciptakan sebuah produk hanya dalam waktu 24 jam.

Rafi Putra Arriyan, salah satu tim pengembang Pushla mengatakan, ide ini muncul ketika sedang magang di salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang kerap kali menjadi penampungan donasi untuk berbagai gerakan sosial. Di sana ia menemukan bahwa seringkali suatu kegiatan atau proyek sosial yang mengandalkan donasi kebanyakan tidak memenuhi target. "Hal ini menurut saya disebabkan oleh proses donasi yang cukup berbelit dan jumlah minimal donasi yang terlampau tinggi," ujarnya.

Jika dibandingkan dengan memberikan donasi melalui kotak amal atau ke pengemis, donasi via transfer ATM cukup menyulitkan. Sementara berdonasi lewat kotak amal tidak bisa menjangkau wilayah yang luas. Dari sana dia mencoba mencari cara yang mudah, dapat dijangkau orang banyak, dan nominal donasinya tidak terlalu besar.

Dari kompetisi tersebut, Rafi bersama keempat teman-temannya yakni Ginanjar Ibnu Solikhin, Luqman Sungkar, Laila Mauhibah, dan Katri Adiningtyas mencoba menciptakan suatu aplikasi berdonasi dengan mudah menggunakan pulsa dapat dijangkau orang banyak dan nominal donasinya tidak terlalu besar. Saat ini tim Pushla yang berasal dari Fakultas Ilmu Komputer UI ini memiliki posisi masing-masing. Rafi duduk sebagai product manager dan UI/UX designer, Ginanjar dan Luqman sebagai back-end developer, Laila sebagai front-end developer, dan Katri sebagai digital strategist.

Gandeng telko lokal

Awal mula merintis bisnis ini, Rafi bercerita hanya membutuhkan biaya sekitar Rp 500.000 yang digunakan untuk biaya server, domain, dan akun di Google Play Store. Sistemnya adalah berdonasi lewat pulsa ponsel. Rafi beralasan, memilih donasi lewat sistem potongan pulsa mengingat di Indonesia cara pembayaran yang ada masih cukup menyulitkan. Apalagi penggunaan ponsel sudah jamak dalam keseharian masyarakat sehingga akan jauh lebih efektif jika melalui pulsa.

Segmen pasar layanan donasi ini adalah masyarakat berusia 18 tahun hingga 34 tahun yang memiliki kepedulian di isu sosial.

Aplikasi pulsa top-up berbasis HTML 5 ini memanfaatkan Intel XDK. Pushla dapat diunduh di Google Play mulai April 2015. Konsepnya cukup mudah, pengguna tinggal download aplikasinya di Play Store dengan kata kunci “Pushla” atau di bit.ly/pushla. Saat pertama membuka aplikasi, pengguna diminta login terlebih dahulu menggunakan akun Google+ atau Facebook.

Setelah itu pengguna yang hendak berdonasi tinggal melakukan sejumlah klik pada ponsel. Pada layar utama aplikasi ini yang didominasi warna biru, pengguna dapat langsung melihat proyek sosial yang sedang membutuhkan bantuan donasi lengkap dengan keterangan jumlah dana yang sudah terkumpul, target donasi, dan keterangan sisa waktu pengumpulan donasi.

Ketika ingin melakukan donasi, pengguna cukup membuka program sosial yang diinginkan dari layar utama Pushla lalu menekan ikon "Donasi" yang tersedia. Pilihan nominal sumbangan sangat terjangkau, mulai dari Rp 2.000. Setelah itu pengguna sudah dapat memberikan donasi yang akan langsung dipotong dari pulsa pengguna secara real-time. Program ini berkolaborasi dengan Dompet Dhuafa, sebagai salah satu lembaga tujuan donasi aplikasi Pushla.

Sayangnya sejauh ini mekanisme potong pulsa Pushla baru bisa dilakukan oleh pengguna XL dan Axis. Selain itu, Pushla juga bekerjasama dengan beberapa organisasi nirlaba lainnya sebagai lembaga tujuan donasi.

Proyek yang dapat didonasikan melalui Pushla sudah melalui pengecekan, sehingga donasi yang diberikan akan sampai ke tangan orang yang membutuhkan. Seluruh donasi juga akan tercatat di server, sehingga mudah diaudit dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan.

Ke depan, Pushla ingin mempermudah transaksi donasi online di Indonesia dengan cara dapat digunakan juga oleh pengguna operator telekomunikasi lainnya. Mereka juga berencana untuk mempermudah metode transfer antar bank yang detailnya belum bisa dibagikan.

Berkat manfaat serta inovasinya, Aplikasi "Pushla" berhasil meraih juara satu pada ajang kompetisi "Aplikasi Smartphone Tingkat Internasional Hackathon" yang diselenggarakan oleh Startup Asia Singapore 2014 dalam kategori Intel Challenge.

Untuk pengembangan usaha selanjutnya, Pushla saat ini sudah berhasil mendapatkan investor. Meski Rafi enggan menyebut nama investor tersebut, namun saat itu investor yang mendanai Pushla sedang membuka pendaftaran ide bisnis, dan kemudian Pushla menjadi salah satu yang disetujui. "Saat itu aplikasi Pushla sudah selesai dibuat dan sedang melakukan pilot project," ujarnya

Rafi enggan pula menyebutkan jumlah pengguna aplikasi ini saat ini serta pendapatan yang bisa mereka kumpulkan. Yang jelas Rafi mengatakan, keuntungan yang didapat oleh Pushla diambil dari 5% dana donasi yang terkumpul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan