KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dinamika bisnis di sektor kuliner terasa berkembang begitu cepat. Berbagai inovasi dilakukan para pelaku usaha untuk makin menarik minat konsumen. Hasilnya banyak ragam camilan dan makanan yang muncul dan berhasil menyita perhatian konsumen. Camilan itu, sebut saja seperti es kepal milo, pisang naget hingga bola ubi. Sejatinya ada satu camilan sejenis yang sempat
booming beberapa tahun silam, yakni olahan sosis. Makanan ringan ini malah sempat menjadi salah satu makanan favorit masyarakat, terutama anak-anak dan kaum muda. Potensi bisnis inilah yang membuat beberapa pebisnis berani menawarkan kemitraan usaha untuk mempercepat ekspansi bisnis beberapa tahun lalu. Kini, menarik untuk kembali diulas soal potensi bisnis kemitraan usaha dari camilan sosis tersebut. Apakah masih tetap menjanjikan atau justru sebaliknya, kalah bersaing dengan makanan atau camilan yang lagi tren.
Untuk lebih lengkapnya, berikut ulasan singkat soal review kemitraan usaha olahan sosis. Sosis Bakar Asmara Usaha kuliner besutan Ranintya Puspita Asmara nampak berjalan dengan baik. Pasalnya total gerai milik mitra sudah mencapai 83 unit yang tersebar di berbagai daerah mulai dari Jawa Timur, Jawa Barat, Jakarta, sampai dengan Aceh. Saat KONTAN mengulas bisnis ini, pada April 2017 kemarin, total gerai mitra hanya sekitar 35 unit yang tersebar di berbagai kota. Perkembangan usaha tersebut tidak terlepas dari pilihan paket kemitraan yang bertambah yakni adanya paket hemat yang mulai meluncur pada Januari 2018 lalu. Paket ini berkisar Rp 4 juta sampai Rp 10,5 juta. Fasilitas yang didapat adalah satu unit booth portable, peralatan masak lengkap, bahan baku, branding, dan pelatihan. Seiring peluncuran paket tersebut perempuan berhijab ini juga merevisi nilai investasi kemitraan paket lengkap menjadi Rp 8,5 juta sampai Rp 20 juta dari sebelumnya Rp 7 juta sampai Rp 20 juta. "Kenaikan ini, karena harga bahan baku membuat
booth naik," kata Ranintya kepada KONTAN. Untuk menjaga loyalitas konsumen, dia rajin meluncurkan menu baru. Total menunya kini ada sekitar 80 macam. Beberapa di antaranya adalah stik sosis, seblak sosis, dan vegetable soup sosis. Menyasar konsumen kalangan menengah ke bawah harga jualnya masih dipatok sama seperti tahun sebelumnya yaitu Rp 12.000 sampai Rp 65.000 per porsi. Kendala usaha yang dihadapinya kini adalah biaya pengiriman booth ke luar pulau Jawa yang cukup mahal dan sulit mendapatkan karyawan yang loyal. Meski begitu, Ranintya optimistis bila program kemitraan Sosis Bakar Asmara masih bisa menjaring gerai mitra sampai 100 unit hingga penghujung tahun ini. Sosis n Friend Haris Saputra, pemilik gerai Sosis n Friend juga masih optimistis, bisnis kuliner ini masih positif dan bisa bertahan hingga dua tahun ke depan meski ada banyak camilan kekinian muncul. Rasa optimistis ini terpancar bila melihat dari jumlah gerai mitra yang dimilikinya. "Saat ini Sosis n Friend memiliki 40 mitra yang tersebar di Jawa Tengah dan Sumatera," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (6/9). Bisnis kudapan sosis ini memang masih terus bertumbuh. Khususnya di daerah-daerah. Tak heran bila banyak mitra bisnis Haris berada di daerah. Itu terjadi lantaran tren bisnis kudapan sosis mulai berubah. Dulunya berada di perkotaan, kini mulai berpindah ke daerah-daerah. Inilah yang membuat Haris masih optimistis bisnis ini masih tetap menjanjikan. Persoalan justru timbul dari adanya perubahan bisnis tersebut. "Masalahnya ada pada distribusi bahan baku," ujarnya. Masalah pasokan barang memang kerap terjadi, terutama ke daerah. Namun, ia menegaskan hal tersebut tidak menjadi masalah besar karena sampai saat ini tidak ada mitra yang komplain. Untuk paket kemitraan, ada sedikit perubahan yakni di paket Rp 6 juta menjadi Rp 6,7 juta. Kenaikan paket terjadi karena harga tenda lipat sudah naik, sehingga pihaknya memutuskan mengerek harga paket investasi. Sedangkan untuk paket lain yang lebih murah, masih sama, yaitu Rp Rp 4 juta dan Rp 5 juta. Supaya konsumen tetap bertahan, pihaknya sudah menambahkan beberapa varian rasa sosis. Selain itu, juga ditambahkan varian olahan seafood seperti bakso udang dan bakso ikan. Dari sisi harga, Sosis n Friend masih setia dengan harga lama yakni antara Rp 2.000 hingga Rp 15.000 per porsi. Melihat potensi tersebut, Haris menargetkan dapat memiliki 60 mitra lagi. Untuk target jangka pendek, ia menargetkan setiap bulan dapat bertambah empat mitra. Sosis Bakar Tyson Pelaku usaha kemitraan olahan sosis lainnya adalah Yadi Hendrawan, pemilik Sosis Bakar Tyson. Ia menceritakan kembali perkembangan usahanya setelah diwawancarai KONTAN setahun lalu. Saat diulas KONTAN Agustus 2017, Sosis Bakar Tyson sudah memiliki 700 gerai. Kini, jumlah mitra yang menjalin kerjasama bertambah menjadi 751 gerai. Meski gerai bertambah, ia menyatakan bila bisnis ini sempat turun, karena hari libur yang panjang, terutama libur Lebaran kemarin. Para mitra banyak yang tidak berjualan, imbasnya penjualannya pun berkurang. Untunglah, kondisi sekarang mulai berangsur pulih. "Sampai saat ini masih dikatakan stabil," katanya ke KONTAN. Salah satu upaya adalah menjalin kerjasama dengan BNI, memberi diskon 5% berdasar syarat dan ketentuan yang sudah diatur BNI dan Sosis Bakar Tyson. Adapun untuk tiga paket investasi tidak berubah. Paket
pertama Rp 5 juta. Fasilitasnya adalah satu tungku untuk berjualan di rumah.
Kedua, paket Rp 7 juta yang akan diberikan empat tungku untuk jualan di luar rumah.
Ketiga, paket Rp 17 juta untuk booth permanen khusus di mal. Saat menjalin kemitraan, kendala yang dihadapi Yadi adalah menjalin keseriusan dari penjual. Terkadang penjual tidak sabar untuk segera balik modal. Untuk mitra yang gigih, ia pernah melihat mitra bisa balik modal cukup satu bulan saja. Sedangkan rata-rata sekitar dua sampai tiga bulan. Sedangkan untuk bisa tetap menjaring konsumen, ia terus berinovasi. Seperti ada menu baru yakni sosis telur dan alat pembuatan sosis telur yang baru mereka bikin. Dengan begitu, menu yang dijajakannya tidak melulu sosis bakar. Adapun harga menu masih sama dengan tahun lalu, berkisar Rp 3.000 sampai Rp 20.000 per porsi. Selain itu, untuk mengembangkan kemampuan para seller, Yadi menawarkan bumbu baru dan mengajarkan cara untuk memproduksi sosis dan dijual ke pasaran. Hingga Agustus kemarin, secara total, jumlah keuntungan dari para mitra sudah mencapai Rp 1 miliar. Adapun margin keuntungan dari usaha ini adalah sekitar 40%. Untuk mengelola bisnis ini, Yadi dibantu oleh 12 orang. Saban minggu, ia kerap memberi pembekalan ke para pegawainya supaya bisnis yang dijalani bisa berjalan sesuai dengan harapan. Tidak ada kata berhenti berinovasi Pengamat waralaba Djoko Kurniawan menilai potensi bisnis camilan olahan sosis masih tetap menjanjikan meski saat ini banyak bermunculan camilan kekinian seperti pisang naget dan sebagainya. Soalnya, camilan tersebut punya pasar cukup luas yang bisa menyasar segala segmen. Kalau ada usaha olahan sosis yang kurang berkembang, penyebabnya bukan karena bisnis yang tidak lagi baik tetapi lebih pada pengelolaan yang kurang tepat. "Sebenarnya kuliner sosis ini cocok dikembangkan melalui sistem waralaba karena pengolahannya mudah dan mitra gampang menerapkan menu masakan," katanya, ke KONTAN. Djoko menjelaskan, sistem franchise atau kemitraan akan dapat berkembang jika pihak pusat sebagai pemilik brand punya standar baku yang jelas. Sehingga kegiatan operasional dan pemasaran dapat dijalankan oleh mitra dengan benar sesuai standar.
Maka, jika ada gerai mitra yang tutup, sudah dipastikan salah kelola. Penyebabnya bisa dari pihak pusat sendiri yang tidak fokus memperhatikan mitra bisnis, atau justru dari mitra sendiri yang tidak mengelola sesuai dengan arahan. Menanggapi soal kendala distribusi bahan baku, terutama untuk mitra yang berada di luar daerah, bagi Djoko itu bukan lagi hambatan. Saat ini, justru distribusi barang sudah makin berkembang. Industri logistik makin maju dengan makin berkembangnya infrastruktur jalan. Kalaupun memang masih ada kendala, ia sarankan mitra untuk menerapkan stok bahan baku untuk kurun waktu tertentu. Tujuannya adalah mengamankan stok dan tidak perlu menunggu bahan baku habis. Hal lain yang wajib menjadi perhatian mitra adalah terus menerus berinovasi dan kreatif. "Dalam bisnis dunia kuliner tidak ada kata berhenti berkreasi dan berinovasi," tukasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Johana K.