Cuan Menjulang dari Budi Daya Sarang Burung Walet



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, baik dari darat, laut, maupun udara. Nah, salah satu kekayaan alam yang menjadi sorotan dunia adalah sarang burung walet.

Indonesia merupakan produsen utama sarang burung walet di dunia. Sarang burung walet punya nilai ekonomi yang cukup tinggi, utamanya di pasar internasional. Negara-negara seperti China, Hong Kong, Singapura, Vietnam dan Malaysia merupakan pembeli utama sarang burung walet dari Indonesia. 

Data Kementerian Perdagangan menunjukkan, kontribusi ekspor Indonesia setara 80% dari kebutuhan global sarang burung walet. Nilai ekspor sarang burung walet Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. 


Pada 2020, ekspor sarang walet mencapai US$ 540,4 juta, meningkat 48,5% dibanding tahun 2019. Volume ekspor sarang burung Indonesia pada 2023 mencapai 1.335 ton dengan nilai US$ 633,25 juta atau setara Rp 9,81 triliun dengan kurs  Rp 15.945 per dolar AS. 

Salah satu daerah penghasil sarang burung walet di Indonesia adalah Sulawesi Tenggara (Sultra). Di tengah kota di Kendari, Muna, Muna Barat dan Konawe, mudah ditemui sejumlah ruko bertingkat yang menjadi tempat nyaman bagi burung walet bersarang. 

Baca Juga: Kementan genjot produksi sarang walet dan porang

Saat KONTAN bertandang ke Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, pekan lalu, di sepanjang Jalan Raya Inowa, Desa Puunaaha, Kecamatan Unaaha saja terdapat lima unit bangunan sarang burung walet yang menjulang tinggi.

Terlihat jelas kawanan burung walet keluar masuk celah atau lubang dari sebuah bangunan tepat di sebelah Hotel Nugraha.

Endri, pengelola salah satu bangunan ruko yang menjadi tempat berkembang biangnya burung walet mengatakan, ramai usaha burung walet di Puunaaha mulai berkembang dalam beberapa tahun belakangan ini. 

"Umumnya warga sini yang budi daya burung walet. Tapi untuk bikin usaha burung walet butuh modal ratusan juta, bahkan miliaran rupiah. Lihat saja bangunannya menjulang tinggi, itu hanya untuk bangunan saja," sebut pria asli Suku Tolaki ini. 

Memang, usaha sarang burung walet membutuhkan modal yang tak sedikit. Tapi investasi itu sebanding dengan harga jualnya. Tiga tahun sebelumnya, harga sarang burung walet di Konawe mencapai Rp 20 juta per kilogram, namun kini harganya turun menjadi Rp 7 juta-Rp 10 juta per kg.

Lantaran gurihnya potensi bisnis sarang walet, pemda setempat mulai melirik sebagai sumber pendapatan daerah.

"Sekarang usaha sarang burung walet harus ada izin untuk unit bangunannya," jelas Hamid, Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Unaaha. Menurut dia, beberapa waktu lalu aparat Kabupaten Konawe juga melakukan pendataan untuk usaha budi daya sarang burung walet.

Selanjutnya: Daya Saing Indonesia Naik 7 Peringkat, Lampaui Malaysia, Jepang, Hingga Inggris

Menarik Dibaca: Katalog Promo JSM Alfamidi Terbaru, Hanya 3 Hari Periode 20-22 September 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon