Cukup naikkan suku bunga 25 bps agar tidak terkesan panik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) siap menaikkan suku bunga acuannya (BI 7-day reverse repo rate) dalam rangka melakukan stabilisasi. Belakangan, nilai tukar tupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) terus melemah menembus level Rp 14.000 per dollar AS.

Hingga Rabu (9/5), kurs rupiah ada di level Rp 14.074 per dollar AS berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR). Posisi itu melemah dari hari sebelumnya yang ada di level Rp 14.036 per dollar AS.

"BI tengah mempersiapkan langkah kebijakan moneter yang tegas dan akan dilakukan secara konsisten, termasuk melalui penyesuaian suku bunga kebijakan 7-day reverse repo rate dengan lebih meprioritaskan pada stabilisasi, untuk memastikan keyakinan pasar dan kestabilan makro ekonomi nasional tetap terjaga," kata Gubernur BI Agus Martowardojo dalam keterangan resmi, Rabu malam.


Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono mengatakan, kenaikan bunga acuan sudah saatnya dilakukan oleh Bank Sentral. Sebab, cadangan devisa (cadev) sudah banyak tergerus untuk intervensi rupiah.

Dari posisi tertinggi sebesar US$ 131,9 miliar pada akhir Januari lalu, sampai akhir April posisinya terus menurun hingga US$ 124,9 miliar. "Sudah saatnya menggunakan instrumen lain untuk meredam depresiasi rupiah, yakni dengan menaikkan suku bunga," kata Tony kepada Kontan.co.id.

Idealnya lanjut Tony, BI menaikkan 50 basis points (bps) bunga acuannya di bulan ini. Namun, kenaikan langsung sebesar itu dalam satu bulan itu juga dinilainya terlalu tinggi.

Sebab, "Dikhawatirkan bisa dipersepsikan BI panik. Jadi mungkin lebih aman (kenaikannya) 25 bsp, lalu dievaluasi, jika kurang ditambah dosisnya," tambah dia. Jika kurang, maka kenaikan selanjutnya juga perlu dilakukan secara cepat.

Meski begitu, kenaikan bunga itu tak serta merta bisa meredam gejolak rupiah secara signifikan. Tapi minimal, kenaikan itu bisa memperlambat berkurangnya cadev.

Kelapa Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro juga menilai kenaikan bunga acuan BI di bulan ini. Andry juga menilai, kenaikan 25 bps di bulan ini juga sudah cukup. "Itu sebagai sinyal BI ahead the curve," kata dia.

Andry juga mengatakan, kenaikan itu belum sepenuhnya meredam rupiah. Sebab, rupiah masih bisa terpengaruh oleh kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS yang lebih agresif.

"Tapi langkah BI ini juga bisa dinilai sebagai langkah yg sangat positif. Pasar lebih yakin bahwa kebijakan BI tidak behind the curve dan meningkatkan kepercayaan diri investor untuk akhirnya masuk lagi ke market Indonesia," tambah Andry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati