Curah Hujan Tinggi, Jagung Pipilan Tak Kunjung Kering



JAKARTA. Petani jagung pipilan di beberapa sentra produksi kesulitan menjual hasil panen mereka. Penyebabnya, curah hujan yang cukup tinggi sepanjang Januari-April 2010 menyebabkan petani jagung tak bisa menjemur hasil produksi mereka. Tak pelak, kualitas jagung pipilan tersebut merosot. Akibatnya, para petani di daerah-daerah penghasil jagung Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Timur, serta Jawa Tengah mengalami kesulitan mengeringkan hasil panen. Menurut Direktur Budidaya Serelia Kementerian Pertanian Siwi Purwanto, sebenarnya musim tanam jagung yang bisa dipanen setelah usia tiga bulan berlangsung sejak Oktober lalu. Namun, sekitar 60% dari produksi jagung pipilan secara nasional yang berkisar antara 16 juta ton hingga 18 juta ton dihasilkan dari panen Januari hingga April tersebut. Untuk mengeringkan jagung pipilan, sebagian besar petani mengandalkan panas matahari. Hanya sedikit petani yang mengeringkan jagung menggunakan mesin pengering. Sayangnya, selama musim panen hujan tak kunjung reda. Di lain sisi, mesin pengering jagung yang tersedia tak sebanding dengan volume jagung yang harus dikeringkan. Di NTB yang merupakan salah satu sentra jagung pipilan, ambil contoh, jumlah mesin pengering yang ada hanya mampu menampung 10 ton per hari. Padahal, volume jagung yang masuk ke gudang serah di provinsi tersebut mencapai 32 ton per hari. Dengan mesin pengering, petani memang bisa mengeringkan jagung lebih cepat, karena hanya butuh 8-10 jam. Ini berbeda dengan pengeringan dengan cara menjemur di terik matahari yang memerlukan waktu 2-3 hari. Terbatasnya mesin pengering mengakibatkan perlu waktu ekstra pengeringan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: