Curah hujan tinggi, rendemen gula susut jadi 6,96%



JAKARTA. Tingginya curah hujan yang masih terjadi pada saat musim panen raya tebu, mengakibatkan rendemen atau kadar gula tebu menurun. Hal ini ditegaskan oleh Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Arum Sabil di Jakarta, Senin (18/10).

Menurut Arum, meski jumlah tebu yang di panen berlimpah, tetapi karena dari sisi rendemen atau kadar gula jsutru menurun. "Kemasakan tebu berkurang, karena terlalu banyak air. Akibatnya berpengaruh terhadap produksi gula yang dihasilkan," jelas Arum.

Berdasarkan data dari Dewan Gula Indonesia (DGI), pada tahun ini rendemen gula hanya sebesar 6,96%; padahal tahun lalu bisa mencapai 7,83%.


Bila dilihat dari aspek luasan lahan dan produktivitas tebu, tahun ini lebih baik ketimbang tahun lalu. Luas lahan areal tanam tebu tahun ini mencapai 435.901 hektar (ha) atau meningkat tipis dari luas areal tanam tebu 2009 seluas 422.935 ha. Produktivitas juga naik dari 76,05 ton/ha pada 2009 menjadi 77,8 ton/ha pada tahun 2010.

Namun, hal ini tidak hanya dialami oleh Indonesia saja; negara-negara produsen gula lainnya juga mengalami hal yang sama. Menurut data yang dilansir World Sugar Report, produksi gula dunia saat ini defisit sampai 6,45 juta ton. Tingkat produksi gula di pasar global yang mencapai 153,11 juta ton nyatanya tidak bisa memenuhi kebutuhan konsumsi yang mencapai 159,56 juta ton.

Dalam Neraca Gula Nasional Tahun 2010, asumsi konsumsi langsung gula putih mencapai 2,624 juta ton. Rinciannya, 1,852 juta ton untuk konsumsi rumah tangga, 501 ribu ton untuk konsumsi khusus (rapat, warung, hotel), serta 271 ribu ton untuk konsumsi industri rumah tangga.

Sementara itu, kebutuhan gula untuk industri sekitar 1,89 juta ton. Jumlah itu untuk konsumsi industri kecil sebanyak 313 ribu ton dan industri besar sekitar 1,576 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: