Daftar Olahraga yang Tidak Boleh Dilakukan saat Malam dan Dampak yang Bisa Timbul



KONTAN.CO.ID -  Bagi karyawan atau masyarakat yang sibuk, olahraga saat malam hari menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan olahraga. Namun, olahraga saat malam tidak disarankan karena bisa menimbulkan masalah kesehatan.

Ira Purnamasari Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya menjelaskan, olahraga terbaik memang dilakukan di waktu pagi saat tubuh dalam kondisi segar. 

Namun, jika memang tidak ada waktu untuk melakukannya di pagi hari, maka olahraga boleh saja dilakukan di malam hari.


Baca Juga: Apa Itu HDL dan LDL? Ini Perbedaan, Manfaat, dan Dampak Jika Kadarnya Berlebihan

Menurutnya, olahraga boleh dilakukan di malam hari namun yang terpenting adalah memilih jenis olahraganya. 

Olahraga yang boleh dilakukan di malam hari adalah olahraga dengan intensitas ringan hingga sedang. Seperti jalan kaki santai, sepeda santai, berenang, yoga, dan latihan perenggangan.

“Jadwal terbaik untuk melakukan olahraga di malam hari adalah 90 menit sebelum tidur, karena manfaat yang dapat dirasakan adalah membuat tidur lebih nyenyak, mengurangi stres dan kecemasan,”jelas Ira, dikutip dari situs UM Surabaya.

Olahraga yang tidak boleh dilakukan saat malam

Olahraga yang tidak dianjurkan di malam hari adalah olahraga dengan intensitas berat. Olahraga jenis ini seperti lari cepat, balap sepeda, angkat beban berat, berenang dengan patokan target, sepakbola, tenis.

Selain itu olahraga dengan unsur kompetisi/permainan yang memicu hormon adrenalin keluar secara berlebihan, yang menyebabkan jantung berdetak lebih cepat juga sebaiknya dihindari dilakukan saat malam.

“Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang sesuai dengan kemampuan tubuh, dengan memperhatikan riwayat penyakit yang dimiliki, apalagi seseorang dengan usia 50 tahun ke atas yang tidak dianjurkan untuk berolahraga dengan intensitas berat,”imbuhnya.

Ira menambahkan, jika terjadi serangan jantung mendadak saat berolahraga, itu disebabkan karena terlalu memaksakan tenaga saat berolahraga. 

Baca Juga: Waspada, Ini Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner dan Cara Mencegahnya

Apalagi sebelumnya belum pernah melakukan olahraga yang menyebabkan fisik tidak siap, dan kurangnya melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum memulai olahraga.

“Serangan jantung mendadak terjadi pada seseorang yang memang sudah memiliki faktor risiko penyakit jantung seperti hipertensi dan hiperkolesterolemia,”imbuhnya lagi.

Gejala yang muncul saat serangan jantung adalah seseorang mengeluh nyeri dada, mendadak sesak napas, hingga penurunan kesadaran. Hingga harus segera mendapat pertolongan medis.

“Pentingnya memilih olahraga sesuai dengan kemampuan tubuh, dengan tetap memperhatikan riwayat penyakit yang dimiliki, merupakan cara untuk mencegah terjadinya serangan jantung saat berolahraga,”tandas Ira. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News