JAKARTA. Indonesia harap-harap cemas menanti penilaian salah satu lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P) terhadap utang Indonesia. Pasalnya, tinggal lembaga tersebut yang belum menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi (investment grade). Beberapa pihak memproyeksikan S&P belum akan menaikkan peringkat utang Indonesia pada tahun ini. Hal tersebut berkaitan dengan situasi politik di Tanah Air yang tengah hangat karena berbagai aksi unjuk rasa. Memang, kenaikan peringkat dari S&P bakal semakin mempercantik wajah Indonesia di mata investor asing. Namun, jika belum ada kenaikan peringkat, Bank Indonesia (BI) menilai tak perlu ada kekhawatiran. "Yang penting, BI dan pemerintah terus menjaga kehati-hatian dalam pengelolaan makro ekonomi dan terus mendorong reformasi struktural ekonomi indonesia," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara kepada KONTAN, Selasa (16/5).
Dag dig dug menunggu rating S&P
JAKARTA. Indonesia harap-harap cemas menanti penilaian salah satu lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P) terhadap utang Indonesia. Pasalnya, tinggal lembaga tersebut yang belum menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi (investment grade). Beberapa pihak memproyeksikan S&P belum akan menaikkan peringkat utang Indonesia pada tahun ini. Hal tersebut berkaitan dengan situasi politik di Tanah Air yang tengah hangat karena berbagai aksi unjuk rasa. Memang, kenaikan peringkat dari S&P bakal semakin mempercantik wajah Indonesia di mata investor asing. Namun, jika belum ada kenaikan peringkat, Bank Indonesia (BI) menilai tak perlu ada kekhawatiran. "Yang penting, BI dan pemerintah terus menjaga kehati-hatian dalam pengelolaan makro ekonomi dan terus mendorong reformasi struktural ekonomi indonesia," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara kepada KONTAN, Selasa (16/5).