Daging sapi langka, UMKM merugi



JAKARTA. Pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) mengaku terkena dampak dari aksi mogok jualan para pedagang daging sapi selama empat hari. Banyak pelaku UMKM khususnya di bidang makanan yang menggunakan daging sapi sebagi salah satu menu andalannya kewalahan mencari daging sapi. Akibatnya banyak pemain UMKM memilih ikut libur atau tidak menjual daging olahan yang terbuat dari sapi.

Ketua Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) M.Ikhsan Ingratubun mendesak pemerintah untuk segera memulihkan kondisi saat ini. Sebab bagaimana pun sektor usaha kecil dan menengah yang paling menderita kerugian akibat aksi mogok pedagang sapi. Ia bilang restoran skala kecil, rumah makan, motel atau hotel ukuran kecil dan sejumlah pedagang bakso dan pedagang makanan yang menjadikan sapi salah satu menu utamanya terpukul akibat aksi mogok tersebut. "Kami pelaku UMKM merasa paling dirugikan. Sebab selama empat hari tidak bisa berdagang dan tidak mendapatkan pemasukan untuk biaya kehidupan sehari-hari," ujar Ikhsan kepada KONTAN, Selasa (11/8).

Ikhsan menduga ada yang tidak beres dalam tata kelola sapi impor saat ini. Sebab, pasca lebaran harga-harga daging sapi tidak mengalami penurunan, malah yang terjadikenaikan harga. Padahal, pada waktu bersamaan, permintaan terhadap daging sapi sudah menurun. Sehingga secara logika ketika demand (permintaan) turun, maka harusnya harga juga turun. Tapi yang terjadi demand turun tapi harga malah naik. "Ini berarti ada yang salah dengan tataniaga impor sapi. Bisa saja ada yang sengaja menahan pasokan sehingga supply (pasokan) turun dan harga naik, aparat penegak hukum harus menyelidiki ini," imbuh Ikhsan.


Pemilik Restoran dengan merek Raja Konro Daeng Naba ini mengatakan pelaku UMKM merasa paling dirugikan sebab yang rutin membeli daging sapi adalah pedagang-pedang pengelola restoran seperti dirinya. Sementara, masyarakat pada umumnya hanya membeli daging saat-saat tertentu saja, dan bisa memilih jenis daging lain bila harga daging sapi naik. Sementara pedagang tidak memiliki pilihan lain karena ketersediaan sapi merupakan salah satu pengerak bisnis mereka.

Menurut Ikhsan, aksi mogok para pedagang sapi sebenarnya tidak perlu dilakukan. Sebab pada prinsipnya bila harga daging sapi naik, pedagang tinggal menaikkan harga. Tapi anehnya, pedagang justru mengaku dirugikan akibat kenaikan harga daging sapi. Nah ia menduga bisa saja ada yang mengatur skenario di balik kenaikan dan aksi mogok empat hari para pedagang daging sapi ini. Apalagi para pedagang itu mendapatkan pasokan daging sapi dari rumah potong hewan dimana rumah potong hewan mendapatkan pasokan dari para importir. "Jadi pemerintah harus memeriksa gudang para impotir juga, apakah mereka sengaja menimbun atau tidak," sarannya.

Sejauh ini, Ikhsan yang memiliki tujuh gerai restoran dengan brand Raja Konro di sektiar Jabodetabek ini mengaku sempat menyetok persediaan sapi. Sebab salah satu menu andalan di restoran miliknya adalah daging sapi. Namun persediaan itu tidak bertahan lama, hanya bisa bertahan tiga sampai empat hari karena keterbatasan modal dan kulkas tempat penyimpanan daging. Bila nantinya pedagang daging sapi melanjutkan aksi mogok maka ia tidak tahu harus membeli darimana pasokan daging sapi agar restoran miliknya tetap beroperasi dan para karyawannya tetap bekerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto