DAJK masih terlilit modal kerja & utang



JAKARTA. Produsen kemasan PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk, masih berjuang mencari mencari sumber dana baru untuk menambah modal kerja dan bayar utang. Emiten berkode saham DAJK berencana ajukan penawaran dana segar senilai Rp 1 triliun dengan menerbitkan saham baru alias rights issue. 

Direktur Independen sekaligus Sekretaris Perusahaan DAJK, Dinna Afrianti bilang, hingga saat ini sudah ada tiga calon investor dari luar negeri yang tertarik untuk menanam duit di DAJK. "Ada dari Eropa dan Asia Pasifik," terang Dinna saat dihubungi KONTAN Senin (29/8).

Sayang, Dinna enggan menyebut nama calon investor barunya tersebut. Tak sekadar menjadi investor baru, Dinna bilang, investor tersebut tertarik untuk memperluas pasar DAJK ke luar negeri. 


Dinna memastikan, jika rights issue sukses dilakukan, maka dana segar tersebut akan digunakan untuk membangun pabrik pengganti dari Plant 3 yang terbakar dan membangun pabrik di Subang, juga restrukturisasi utang.

Perlu diketahui, saat ini DAJK dalam proses penyelesaian penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Dalam catatan KONTAN, DAJK memiliki utang yang jatuh tempo dan dapat ditagih kepada PT Era Srikandi Prima sebesar Rp 930,76 juta. "Nanti ada sidang akhir September 2016 untuk penyelesaian PKPU tersebut," kata Dinna.

Menurut Dinna, saat ini modal kerja menjadi kendala terbesar bagi DAJK. Padahal ada Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tertarik mengucurkan pinjaman sebagai modal kerja. Hanya, rencana tersebut terganjal adanya kasus KPPU yang kini masih dalam proses persidangan. 

Karena modal kerja seret, alhasil tiga anak usaha DAJK yakni PT Dajk Portal Indonesia, PT Dajk Distrindo dan PT Inpack Subang Perkasa tidak bisa beroperasi lantaran tidak ada modal kerja yang dikeluarkan sang induk. Bahkan PT Interact Corpindo, entitas anak DAJK yang baru berdiri terpaksa harus spin-off atau keluar dari anak usaha DAJK.

Sekarang ini, DAJK beroperasi terbatas di dua pabrik di Tangerang, yang memiliki kegiatan offset print. Saat ini,  tingkat utilisasi atau keterpakaian pabrik percetakan offset ada di bawah 75%. 

Adapun fasilitas produksi corrugated carton di Plant 3 masih terganggu karena kebakaran yang melanda pabrik di Jatiuwung, Tangerang pada Desember 2015 lalu.

Meski pabrik terbakar, manajemen DAJK menegaskan bisa menerima pesanan dengan cara mencari mitra untuk memproduksi pesanan. "Kami tetap mengerjakan pesanan sesuai kontrak. Solusinya kami melakukan outsource di pabrik lain," kata Dinna.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini