Dalam 2 Tahun, Kerjasama Strategis Pertamina NRE dengan Mitra Hasilkan Proyek Jumbo



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pertamina NRE yang memiliki anak usaha PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Jawa Satu Power menjelma menjadi perusahaan energi baru terbarukan yang memiliki strategic partnership sangat lengkap. Perusahaan telah menjalin kerjasama yang saling menguntungkan sehingga membuat kinerja perusahaan menjadi kuat dan berpotensi menjadi semakin besar.

Dalam waktu tiga tahun kedepan, beberapa inisiatif kerjasama strategis yang sudah dilakukan oleh Direktur Perencanaan Strategis & Pengembangan Bisnis Pertamina New Renewable Energy (Pertamina NRE) Fadli Rahman akan mulai terbentuk. Ada beberapa proyek jumbo yang sudah mulai beroperasi dan menguntungkan perusahaan.

Dari mulai Kerjasama dengan Pertamina Kilang Internasional (KPI), Pertamina Hulu Energi (PHE), PT PLN Nuasantara Power, PT PLN Indonesia Power, sampai dengan Masdar yang merupakan perusahaan energi terbarukan terbesar yang berpusat di Abu, Dhabi, UEA.


Fadli mengungkapkan, ekosistem strategic partnership yang sudah dibangun oleh Pertamina NRE selama dua tahun ini sudah mulai terbentuk. Beberapa Kerjasama sudah dilakukan sehingga menjadi suata projek yang rill dan saling menguntungkan perusahaan dan mitra.

Dalam menjalin Kerjasama dengan Kilang Pertamina, perusahaan masuk untuk membangun beberapa proyek PLTS untuk kebutuhan listrik internal Kilang Pertamina. Semua Kilang Pertamina akan dibangun PLTS dengan kapasitas bervariasi dan cukup untuk kebutuhan internal perusahaan.

"Bukan hanya itu, kami juga melihat potensi flare gas atau gas suar yang dihasilkan dari produksi minyak bisa dimanfaatkan menjadi listrik. Jadi flare gas to power Namanya. Kami bangun di Balongan kapasitas 10 Megawatt-20 Megawatt dengan investasi US$ 60 juta sampai US$ 100 juta. Teknologinya Jepang atau Jerman nantinya," ungkap dia, Selasa (20/8).

Fadli menjelaskan, proyek flare gas to power memberikan solusi pada manfaat untuk mengurangi emisi yang dibuang kemudian ditangkap untuk dijadikan listrik yang bisa dimanfaatkan untuk internal perusahaan. Sehingga Kilang Pertamina menjaga dari sisi lingkungan juga bisa menekan cost dalam penggunaan listrik yang awalnya menggunakan solar ataupun gas.

"Untuk groundbreaking flare gas to power di Kilang Balongan dilakukan tahun depan. Selanjutnya akan dibangun di Kilang Cilacap, Kilang Plaju, dan Kilang Dumai," terang dia.

Selain di kilang, kata Fadli Pertamina NRE juga sudah membangun PLTS jumbo di sektor hulu migas milik Pertamina Hulu Energi. Ini bisa dilihat dari proyek PLTS di Blok Rokan dengan kapasitas 25 MW.

Dengan kapasitas terbesar itu, Pertamina NRE menjadi perusahaan ketiga terbesar setelah PLTS Cirata dan PLTS Amman Mineral. "Tetapi kami akan tambah kapasitas PLTS menjadi 50 MW, tetapi masih dihitung soal keekonomiannya nanti. Yang jelas kami nanti akan jadi pemilik PLTS terbesar pertama yang dibangun di atas tanah," ujar dia.

Selain akan menjadi terbesar, Fadli menjelaskan bahwa proses pembangunan PLTS Blok Rokan menjadi yang tercepat dalam strategic partnership dengan Pertamina Hulu Rokan, yakni hanya kurang lebih 1,5 tahun langsung beroperasi. "Bisa dilihat ditempat lain yang kapasitasnya besar. Bisa 4 sampai 5 tahun baru beroperasi. Saya inggat betul November 2021 itu MoU, dan September 2023 operasi," ujar dia.

Selain di blok rokan, perusahaan juga terus membagun penjajakan strategis dengan sector hulu migas Pertamina Group. "Kalau dibilang melakukan Kerjasama dengan keluarga sendiri mudah, ya belum tentu juga. Saya rasa ada hal-hal yang juga harus dinegosiasikan karena memang itu ada di asset mereka. Mereka juga ingin mempertahankan asetnya. Tetapi kami masuk untuk memberikan solusi, mereka terima dan diuntungkan," urai Fadli.

Selain dengan keluarga sendiri atau Pertamina Group. Pertamina NRE juga menjalin Kerjasama dengan PLN Nusantara Power dan PLN Indonesia Power. Kerjasama melalui anak usahanya PT Pertamina Geothermal Energy Tbk itu dilakukan untuk pengembangan proyek co-generation di PLTP Area Ulubelu Binary Unit dan PLTP Area Lahendong Binary Unit. "Kami akan selalu sinergi dengan BUMN. Intinya mencari solusi dalam negosiasi dengan patner bisnis," ucap dia.

Kemudian adalah strategic partnership dengan Masdar yang merupakan perusahaan energi bersih terbesar di UEA. Kerjasama dengan Masdar di Pertamina Geothermal Energy ini yang paling dahsyat. Baik untuk image Indonesia yang sedang membangun energi terbarukan, maupun untuk Pertamina Group.

"Waktu itu inisiatifnya datang dari Menteri BUMN Erick Thohir untuk melakukan partnership dengan pihak asing, kemudian kamu realisasikan," imbuh dia.

Dia menjelaskan, dengan masuknya Masdar sebagai strategic partnership di PGEO dengan 15% bukan saja membawa investasi ke Pertamina, tetapi juga jaringan proyek-proyek di luar negeri yang bisa digarap bersama Pertamina NRE.

"Mereka memiliki proyek di berbagai negara. Kami diminta ikut, review. Lalu masuk. Jadi kita dapat investasinya, lalu jaringan bisnisnya. Itu ingat lelahnya negosiasi dengan mereka Indonesia-Singapura. Saya waktu itu diminta untuk membereskan karena setelah pembicaraan untuk Kerjasama tiga bulan tidak ada pembicaraan secara teknis. Akhirnya saya yang bicara soal detil Kerjasama itu sampai akhirnya deal pasal per pasal kerjasama," urai dia.

Tidak hanya itu, kata Fadli, Pertamina NRE juga akan membangun proyek-proyek energi bersih di luar negeri dengan melakukan mitra startegis baik dengan BUMN setempat maupun dengan swasta di negara yang dituju.

Tidak hanya dengan Masdar. Pertamina NRE melaui anak usahanya Indonesia Battery Corporation (IBC) juga akan membentuk ekosistem EV di Indonesia dengan membangun pabrik baterai mobil dan motor listrik. Saat ini kerjasama IBC dengan CATL masih terus berlanjut.

Selanjutnya, kata Fadli, Pertamina NRE juga akan menjalin Kerjasama strategis dengan Longi Group, perusahaan solar PV jumbo di China. "Nanti akan ada anak usaha hasil partnership. Kami akan bangun pabrik solar PV bersama Longi Group," tutur dia.

Ia mengatakan, dengan kerjasama itu nantinya industri penyangga solar PV akan ikut datang ke Indonesia. "Sekali lagi kami bermitra dengan Longi, kemudian juga jaringan bisnis Longi akan datang ke Indonesia, mereka akan bangun pabrik juga," terang dia.

Terakhir, kata Fadli, strategic partnership untuk ekosistem hydrogen juga sudah dijalankan dengan beberapa ujicoba. Perusahaan juga sudah memiliki mitra yang bisa menjalankan bisnis ini kedepan. "Dari semua ini strategic partnership yang sudah saya lakukan akan membentuk 9 anak perusahaan nantinya, tunggu aja," terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini