KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia masih memperlihatkan tren kenaikan seiring belum usainya konflik geopolitik di kawasan Timur Tengah. Namun, ada potensi kenaikan harga minyak dalam waktu dekat akan cenderung terbatas. Mengutip
Bloomberg, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Agustus 2019 di New York Mercantile Exchange (Nymex) naik 0,50% ke level US$ 57,95 per barel pada Selasa (9/7) pukul 17.25 WIB. Dalam seminggu terakhir, harga minyak WTI telah melonjak 3,02%. Harga minyak jenis Brent di ICE Futures untuk kontrak pengiriman September 2019 juga naik 0,94% ke level US$ 64,71 per barel. Dalam sepekan, harga minyak brent telah menguat 3,70%.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan, harga minyak sebenarnya sempat terkoreksi di pagi tadi. Hal ini lantaran isu perlambatan ekonomi global yang kembali mencuat seiring perang dagang yang tak kunjung usai. Dikutip dari
Reuters, tanda-tanda memburuknya kondisi ekonomi dunia terlihat dari data pemesanan mesin inti Jepang yang turun 7,8% di bulan Mei. Angka ini merupakan penurunan terdalam sepanjang delapan bulan terakhir. Hasil data ini juga menunjukkan bahwa perang dagang mulai berdampak pada investasi perusahaan global. Namun, harga minyak kembali bangkit berkat respons terhadap data
non-farm payroll AS yang positif tatkala dirilis akhir pekan lalu. Sentimen positif bagi harga minyak juga berasal dari masih panasnya konflik geopolitik di Timur Tengah, khususnya Iran. Pihak Iran melontarkan rencana meningkatkan pengayaan uranium ke level 5% atau melampaui batas kesepakatan nuklir (JCPOA) yang pernah diteken pada 2015 silam. Kebijakan tersebut sangat berisiko karena dapat berbuah sanksi internasional terhadap Iran. “Suplai minyak dapat terganggu kalau ketegangan di Iran terus berlanjut,” kata Faisyal. Potensi berlanjutnya kenaikan harga minyak di atas kertas masih terbuka kendati terbatas. Pasalnya, para pelaku pasar saat ini tengah menanti testimoni Ketua The Federal Reserves Jerome Powell pada Rabu waktu setempat. Di hari yang sama, notulensi rapat FOMC juga akan dirilis. “Pasca membaiknya data
non-farm payroll, pelaku pasar menanti seperti apa langkah The Fed berikutnya terkait kebijakan moneter AS,” ungkap Faisyal.
Pidato Powell lantas dapat menjadi gambaran para pelaku pasar terkait ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS di tahun ini. Apalagi, di akhir bulan nanti akan berlangsung pertemuan FOMC. Secara teknikal, harga minyak berada di bawah MA50, MA100, dan MA200. Indikator MACD berada di level 0,258 sedangkan RSI berada di level 53,03. Adapun indikator Stochastic berada di area 49,30. Berdasarkan indikator teknikal, harga minyak masih mencoba untuk menguat sehingga investor disarankan sell on rally. Faisyal memperkirakan, harga minyak akan bergerak di rentang US$ 56,60—US$ 58,90 per barel pada perdagangan besok. Sedangkan dalam sepekan ke depan harga minyak berpeluang bergerak di area US$ 55,00—US$ 61,70 per barel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat