Dalam jangka pendek, timah berpotensi menguat



JAKARTA. Harga timah terus naik dalam lima hari terakhir. Mengutip Bloomberg, Kamis (26/2) pukul 12.20 WIB harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik tipis 0,02% ke level US$ 18.130 per metrik ton dibanding penutupan hari sebelumnya. Namun begitu dalam sepekan terakhir harga timah masih menukik 0,24%.

Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures memaparkan, penguatan yang terjadi pada timah karena faktor dari Amerika Serikat. Pasca pernyataan The Fed melalui Janet Yellen yang menyatakan bahwa AS masih butuh waktu untuk menaikkan tingkat suku bunganya, index dollar pun koreksi.

“Ini menyebabkan harga timah masih melanjutkan penguatannya,” kata Wahyu. Bahkan diduga penguatan ini masih akan berlanjut di hari ini. Dukungan penguatan tidak hanya datang dari pelemahan index dollar AS tapi juga dari membaiknya rilis data ekonomi China.


Pada Rabu (25/2), rilis data PMI Manufaktur HSBC China Januari 2015 mencatatkan perubahan yang signifikan yakni bertengger di level 50,1. Angka ini berada jauh di atas prediksi pasar yaitu 49,6 atau di atas bulan Desember 2014 yang hanya 49,7. Lewat data ini terlihat bahwa sektor manufaktur China sudah kembali ekspansif.

Menurut analisis Wahyu, jika pada FOMC minutes bulan Maret mendatang, The Fed belum melakukan perubahan pernyataan bisa diprediksi bahwa penguatan timah akan terus berlanjut. “Bahkan bisa hingga kuartal dua 2015,” tambahnya.

Sentimen positif lainnya adalah meredanya ketegangan antara Yunani dan Eropa. Setelah Eropa menyetujui perpanjangan bailout selama empat bulan mendatang, kekhawatiran pasar akan keluarnya Yunani dari Eropa perlahan terkikis.

“Walaupun ini hanya sementara sifatnya. Secara fundamental Eropa masih lemah pertumbuhannya,” kata Wahyu. Apalagi di awal Maret 2015 ini Eropa akan mulai menggelontorkan stimulus awal sebesar 60 miliar euro setiap bulannya sepanjang setahun mendatang.

Melihat jangka panjang, Wahyu menilai selama perubahan fundamental belum banyak berubah. Tekanan terhadap timah masih cukup besar. “Perlu melihat perkembangan China dan Eropa di masa mendatang,” kata Wahyu.

Sebelum nantinya tekanan terbesar datang setelah The Fed mengambil langkah untuk menaikkan tingkat suku bunganya. Ketika itu terjadi, harga komoditas termasuk timah akan ambruk di pasar. “Dugaan di semester satu harga timah akan di kisaran US$ 17.700 – US$ 18.500 per metrik ton,” ujar Wahyu.

Namun untuk jangka pendek penguatan masih berada di pihak timah. “Hari ini bisa bergulir di kisaran US$ 18.000 – US$ 18.140 per metrik ton,” kata Wahyu. Sedangkan untuk sepekan ke depan bergerak di antara support US$ 17.850 per metrik ton dan resistance US$ 18.300 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa