JAKARTA. Kemampuan bank mencetak untung memang tak usah diragukan. Mengutip data Bank Indonesia (BI) terbaru, laba bank umum sampai akhir Oktober 2011 mencapai Rp 81,19 triliun. Angka ini naik sebesar Rp 8,66 triliun dalam sebulan. Penyokong kenaikan laba kali ini adalah pendapatan non-operasional yang terkerek 11,17%, menjadi Rp 278,88 triliun dalam sebulan. Adapun pendapatan bunga mencapai Rp 34,66 triliun atau tumbuh 10,75%. Kenaikan pendapatan bunga tak lepas dari ekspansi kredit sepanjang 10 bulan ini. Total kredit perbankan (
outstanding) senilai Rp 3.180,47 triliun atau tumbuh 23,88% dibandingkan Oktober 2010 sebesar Rp 2.567,46 triliun.
Net interest margin (NIM) perbankan sebesar 5,95%, tak bergerak dari posisi bulan sebelumnya. Upaya BI menggiring bank menekan NIM, belum terlihat.. Adapun rasio kredit bermasalah atau
non performing loan (NPL) susut dari 1,95% pada September menjadi 1,93% pada Oktober. Kualitas kredit ini menurunkan beban pencadangan bank. Andalkan fee based Direktur Utama Bank Antar Daerah, Bujung R Hanani mengatakan, tingginya pertumbuhan
fee based income karena perbankan ingin mengamankan pendapatan mereka. Pasalnya, jenis pendapatan ini tidak terpengaruh pada siklus ekonomi. "Pendapatan bunga dari kredit sangat terpengaruh siklus. Ekonomi melemah permintaan kredit bisa turun sehingga pendapatan bunga turun," ujarnya. Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Achmad Baiquni mengatakan, perbankan selalu ingin mempertahankan pertumbuhan laba. Bank mengembangkan pelayanan jasa untuk meningkatkan
fee based income di tengah tingginya tekanan terhadap bunga kredit. Bank bakal terus
fee based income sebagai
cara mempertahankan pertumbuhan laba. "Mencontoh luar negeri,
fee based income menjadi andalan bank," ujarnya.
Laba bersih perbankan bisa tumbuh lagi, setelah Indonesia mendapat peringkat
investment grade. Bunga perbankan dalam menerbitkan surat berharga lebih rendah dan ini akan menjadi sumber pendanaan. "Bisa mempengaruhi laba, asal biaya dana lain tidak meningkat," tambah Baiquni. Kepala Biro Humas BI, Difi Ahmad Johansyah mengatakan data ini mengonfirmasi perbankan Indonesia sangat
profitable. Hal ini terlihat dari
return on asset (ROA) yang tinggi. Tahun lalu, ROA perbankan mencapai 2,9%, sementara Oktober 2011 naik menjadi 3,1%. "Tetapi suku bunga kredit belum kompetitif, karena bank belum efisien. Yang jadi masalah ketika biaya dibebankan langsung pada nasabah, padahal seharusnya ditanggung bank," ujarnya. Informasi saja, Fitch Ratings baru saja menyandangkan
investment grade ke Indonesia setelah 14 tahun. Lembaga pemeringkat itu menaikkan rating utang Indonesia dari BB menjadi BBB-, dengan
outlook stabil. Menurut Fitch, kenaikan ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan tangguh. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: