Dalam Sepekan, Market Kripto Bergerak Bak Rollercoaster



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa market kripto sepekan ini tampak seperti rollercoaster. Investor seakan-akan dibuat tak berdaya dengan gejolak volatilitas yang terjadi di market akhir-akhir ini.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono menjelaskan, investor dibuat sedikit bernafas karena market menunjukkan pertumbuhan nilai menjelang akhir pekan. Sejumlah aset kripto terutama yang berkapitalisasi besar atau big cap berada zona hijau pada perdagangan Jumat (11/11) pukul 12.00 WIB. 

Dari pantauan CoinMarketCap, nilai Bitcoin berada di harga US$ 17.042, naik 4,10% selama 24 jam terakhir dan turun 16,16% sepekan belakang. Ethereum (ETH) ikut melonjak 6,03% ke US$ 1.237 sehari terakhir dan turun juga 19,99% seminggu belakang.


Afid bilang, market Kripto dan saham tengah mengalami reli sejak hari Jumat dini hari, setelah laporan Consumer Price Index (CPI) bulan Oktober menunjukkan bahwa inflasi AS akhirnya mungkin mulai mendingin.

Baca Juga: Pasar Kripto Diguncang Aksi FTX dan Binance

Laporan terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS menemukan bahwa indeks harga konsumen naik 7,7% selama 12 bulan terakhir. Meskipun, jauh di atas target inflasi The Fed sebesar 2%, ini merupakan langkah positif karena turun dari angka 8,2% pada bulan September.

"Kenaikan ini menjadi sedikit angin segar bagi investor dan trader, melihat harga kripto yang terus jatuh dihantam oleh krisis FTX pada pekan ini. Meskipun, beberapa orang menyamakan Bitcoin dan kripto lainnya dengan lindung nilai inflasi, pasar aset digital sangat berkorelasi dengan saham selama dua tahun terakhir," kata Afid dalam siaran pers, Jumat (11/11).

Menurut Afid, selama beberapa hari ke depan, investor tampaknya masih memanfaatkan momentum lunturnya inflasi AS Oktober untuk melakukan price actions di pasar kripto. 

Maklum, inflasi yang melandai bisa membuat The Fed untuk mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneternya. Hal itu tentu bisa menjadi sentimen positif bagi pergerakan aset berisiko, salah satunya aset kripto.

"Tingkat inflasi yang menurun dapat menyebabkan orang berinvestasi lebih banyak dalam aset digital, karena dolar AS atau Euro yang mereka tempatkan di rekening tabungan sebenarnya kehilangan nilai dari waktu ke waktu. Nilai indeks dolar AS (DXY) pun masih terpantau menurun," terangnya.

Total market cap kripto juga naik sebesar 11,63%, ditutup pada level US$ 841,574 Miliar, dengan level tertinggi berada pada US$ 870,101 Miliar. Namun, meskipun angin segar berhembus pada 24 jam terakhir, Fear and Greed Index Bitcoin masih berada pada kategori Extreme Fear, ditutup pada level 25.

Dari analisis teknikal, Bitcoin masih terus mencoba untuk bergerak naik untuk mencapai level resistance terdekatnya di level US$ 17.601. Jika BTC berhasil breakout, maka level US$ 18.510 menjadi target naik selanjutnya.

Baca Juga: Soal Kripto, Fokus G20 Soal Mitigasi Risiko dan Transparansi

Namun, perlu diperhatikan penurunan tajam (dump) yang berlangsung selama dua hari beruntun membuat titik support baru BTC kini berada di level US$ 16.019. Diharapkan nantinya harga Bitcoin berhasil pullback setelah penurunan menyentuh titik tersebut.

Belum selesainya krisis yang dialami FTX bisa membuat market kripto tidak stabil dalam jangka pendek. Kekhawatiran keruntuhan Terra (LUNA) beserta stablecoin Terra USD (UST) pada bulan Mei lalu masih membayangi investor karena menyebabkan kerugian mendalam.

"Ekosistem kripto kembali lagi sedang diuji. Efek domino ke market diprediksi akan sama seperti kasus-kasus sebelumnya yang dialami Celsius, Blockfi, Voyager ataupun Terra. Market akan terpukul keras, karena faktor kepanikan," ungkap Afid.

Sementara itu, selera investor terhadap market kripto kemungkinan akan tetap teredam untuk melihat arah yang lebih jelas dari penyelesaian yang dialami platform exchange tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi