Dami Mas jual 20 juta benih tahun ini



JAKARTA. Kekhawatiran penurunan penjualan benih sawit karena moratorium lahan sawit tidak berlaku bagi PT Dami Mas Indonesia. Anak usaha PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) ini bahkan menargetkan penjualan sebanyak 20 juta benih sawit tahun ini. Jumlah itu meningkat dibanding penjualan tahun lalu yang sebanyak 12 juta benih.

Tanda-tanda terpenuhinya target penjualan benih sawit tahun ini sudah tampak pada realisasi penjualan triwulan pertama 2012. Pada periode Januari hingga Maret, Dami Mas telah menjual bibit sawit sebanyak 4 juta benih, sementara pada periode yang sama tahun lalu Dami Mas hanya menjual 2,8 juta benih.

Tony Liwang, Direktur Dami Mas mengatakan, ada tiga faktor yang mempengaruhi kenaikan penjualan benih sawit. Pertama, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tahun ini yang diprediksi meningkat dibandingkan tahun lalu. Prediksi kenaikan harga itu telah mendorong banyak perusahaan perkebunan sawit membuka lahan yang terlantar, sehingga perlu benih sawit baru.


Kedua, moratorium pembukaan lahan sawit yang kini mulai dipahami oleh pelaku usaha. Pemahaman yang makin tinggi membuat mereka akan lebih memanfaatkan lahan yang tidak produktif untuk ditanami sawit. Dan ketiga, pemberlakuan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) oleh pemerintah.

Aturan ini, menurut Tony, membuat pengusaha lebih aman menanam sawit, sehingga tidak terganggu isu perusakan lingkungan. "Dengan ketiga faktor tersebut, dimungkinkan penjualan benih sawit akan terus meningkat," kata Tony, Jumat (16/3).

Kembangkan pasar

Selain tiga hal di atas, penjualan benih sawit meningkat karena Dami Mas juga terus mengembangkan pasar. Menurut Tony, saat ini pembeli benih sawit produksi Dami Mas selain perusahaan perkebunan, juga perkebunan rakyat. Harga yang ditawarkan untuk tiap benih pohon sawit juga cukup terjangkau berkisar Rp 9.000 per benih.

Dengan pasar yang terus berkembang, maka jika tahun lalu porsi penjualan benih sawit Dami Mas ke internal kelompok usaha maupun di luar perusahaan masih berimbang, yakni 50%:50%. Namun sekarang, seiring membengkaknya permintaan benih dari luar kelompok usaha, Dami Mas akan memprioritaskan penjualan untuk pasar luar perusahaan hingga mencapai 60%.

Kendati penjualan Dami Mas terus membaik, perusahaan ini belum berencana melakukan ekspansi lahan indukan baru. Sebab, dari luas areal 100 hektare (ha) yang dimiliki Dami Mas, Tony mengaku masih memiliki lahan menganggur yang bisa ditanami 4 juta benih sawit. "Kapasitas terpasang kita mencapai 24 juta benih per tahun, dan saat ini masih belum maksimal," ujar Tony.

Selain masih adanya kapasitas terpasang yang belum terpakai, Dami Mas juga sedang fokus untuk meningkatkan kualitas benih lewat jalur teknologi. Tony mengungkapkan, Dami Mas sedang memproduksi benih sawit dengan menggunakan teknologi kultur jaringan. Teknologi ini akan menciptakan benih unggul dari proses kloning pohon sawit indukan. "Teknologi ini telah dikembangkan sejak dua tahun lalu," katanya.

Penggunaan teknologi yang lebih baik juga diperlukan untuk meningkatkan produksi. Sebab dari luas lahan 100 ha dan tertanami 11.000 indukan sawit, tidak semuanya mampu menghasilkan benih sawit yang berkualitas baik. Dari indukan sebanyak itu, menurut Tony, hanya sebanyak 22,7% saja atau sekitar 2.500 pohon indukan saja yang memproduksi benih sawit berkualitas unggul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini