JAKARTA. Banjir yang melanda beberapa kawasan Jawa Barat sejak Jumat hingga Minggu di pekan kemarin membawa kerugian bagi PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR). Pasalnya, banjir juga menghadang fasilitas transportasi yang dikelola keduanya. Agus Komarudin, VP Publik Relation KAI mengatakan, banjir yang menggenangi stasiun di Bandung pada Minggu (13/11) memberikan kerugian bagi KAI. Namun ia belum merinci nilai kerugian yang mereka alami lantaran masih dalam penghitungan. Operasional kereta api yang melalui stasiun Bandung akhirnya terganggu. Kereta api dari wilayah timur menuju Jakarta yang melewati stasiun Bandung dan sebaliknya tertahan sementara waktu di stasiun sebelumnya lantaran sistem sinyal terganggu setelah rel kereta tergenang air. Kereta baru bisa melintas stasiun tersebut setelah genangan air surut.
Akibatnya, antrean penumpang di berbagai stasiun yang akan melewati stasiun Bandung membludak. Sebab saat ini KAI masih bekerja secara manual karena alat sinyal yang terendam banjir masih membutuhkan perbaikan. Tak hanya itu, Visual Display Unit (VDU) di Stasiun Karawang dan Stasiun Klari Jawa Barat rusak tersambar petir membuat sistem sinyal kereta terganggu. Alhasil, sejumlah perjalanan kereta api mengalami keterlambatan dari dan menuju Jakarta. Agus bilang, saat ini pihaknya tengah memperbaiki semua peralatan yang rusak. Menurutnya perbaikan tersebut akan rampung hari ini sehingga esok hari operasional kereta api akan kembali berjalan normal. "Mulai besok sudah berjalan normal lagi. Tapi antrean di stasiun di Jakarta pasti panjang karena KRL saja mencapai 897 perjalanan setiap hari. Sementara jarak jauh mencapai 248 perjalanan per hari," jelasnya. Untuk antisipasi banjir kembali datang mengingat saat ini memang masih musim hujan, KAI akan menurunkan petugas yang
standby di titik-titik yang memang rawan bencana. Sementara pada Minggu (13/11), air setinggi lebih dari 30 cm menggenangi Tol Jakarta-Cikampek (Japek) KM 37+500 pada hari Minggu. Ini merupakan banjir kedua kalinya yang melanda tol miliki Jasa Marga ini. Alhasil, kemacetan panjang terjadi di sepanjang tol tersebut. Anggiasari, Direktur Keuangan Jasa Marga mengatakan kerugian akibat banjir tersebut sebetulnya lebih banyak dari sisi pengguna jalan. Genangan air di tol tersebut terjadi akibat melimpahnya air dari Kawasan Delta Mas. Situ Rawa Binong yang terletak di sisi barta kawasan tersebut meluap karena tidak mampu menampung air hujan akibat curah hujan yang tinggi. Ini bukan pertama kalinya banjir terjadi di tol ini. Dwimawan Heru, Avp Corporate Communication Jasa Marga mengatakan, kejadian pertama terjadi pada Februari lalu. Pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan PT Puradelta Lestari Tbk sebagai pengembang Kawasan Delta Mas. Menurut Heru, Puradelta telah sepakat akan melakukan perbaikan sistem drainase lingkungan kawasan agar tidak terjadi banjir lagi di jalan tol. Caranya, menambah kapasitas tampungan Situ Alamsari dari semula 4 Ha menjadi 9 ha, membuat saluran permanen dari Situ Alamsari ke arah Sungai Cibeet di sisi timur Km 41 Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan Normalisasi Situ Rawa Binong. Dalam hal saluran permanen belum dapat dilaksanakan, maka Puradelta akan membuat saluran sementara untuk mencegah naiknya air di situ Alamsari dan situ Rawa Binong. Jasa Marga menuding terulangnya banjir tersebut karena Puradelta belum menyelesaikan kesepakatan tersebut. Saat ini perusahaan tersebut baru menyelesaikan perluasan Situ Alam Sari. Sementara pengembang tersebut belum menyelesaikan sodetan ke kali Cibeet secara permanen maupun sementara serta normalisasi Situ Rawa Binong.
Menanggapi hal itu, Tondy Swasto, Direktur Puradelta mengatakan pihaknya sudah mengerjakan perluasan Situ Alam Sari dan sudah membangun saluran sementara dari Situ Alamsaru ke Sungai Cibeet. "Kita belum bangun saluran permanen karena itu menyangkut aset PU. Kita sedang koordinasi untuk itu," ungkapnya. Sementara pengerukan Situ Rawa Binong belum bisa dilakukan karena perlu koordinasi dengan pemilik aset. Tondy mengaku pihaknya siap untuk mengerjakan semua kesepakatan itu namun tentu membutuhkan waktu karena harus ada koordinasi dengan pemilik aset dan aspek teknis pembangunannya sudah ada. Sementara meluapnya situ Rawa Binong tersebut tidak berdampak ke kawasan industri milik Puradelta. Pasalnya, situ tersebut tidak berdekatan dengan kawasan Green International Industrial Center (GIIC). Selain itu, saluran air kawasan industri tersebut sudah terpasang dengan baik dan mampu menampung air jika curah hujan tinggi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini