Dampak bunga single digit, bank BUMN genjot fee



JAKARTA. Langkah Kementerian BUMN yang ingin menekan suku bunga kredit menjadi single digit membuat bank-bank BUMN bekerja ekstra keras agar laba yang diperoleh tidak turun drastis.

Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Hari Siaga mengatakan, kebijakan bunga single digit bakal menekan profitabilitas bank. “Efeknya nanti dividen ada potensi mengalami penurunan,” ujar Hari, Senin (29/2). Agar laba tak turun drastis, ada beberapa langkah yang akan dilakukan BRI. Pertama dengan menambah porsi dana murah atau current account and savings account (CASA) di atas 59%. Kedua, dengan mencari alternatif pendapatan selain bunga yaitu dari fee based income. Terkait fee based, Hari mengatakan pada 2016 ini BRI mematok kenaikan pendapatan jasa sebesar 10% atau Rp 11 triliun. Hal itu menurut Hari sebagai antisipasi jika ada penurunan pendapatan dari bunga.

Hal serupa juga akan dilakukan oleh Bank Mandiri. Direktur Keuangan Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan akan berusaha menjaga cost of fund dengan menaikkan porsi dana murah.


“Sepanjang bunga dana tidak meningkat dan kami bisa mempertahankan komposisi dana murah, maka dampak penurunan bunga kredit ke single digit ke profitabilitas tidak terlalu banyak,” ujar Kartika, Senin (29/2). Agar efek suku bunga kredit single digit ke penurunan ke laba dan dividen bisa minimal, maka Mandiri berupaya agar CASA bisa berada di atas 65%. Hal ini dilakukan dengan memperbanyak investasi di cabang, ATM, EDC agar dana murah berupa tabungan dan giro bisa bertambah.

Selain itu, bank berlogo pita emas ini juga akan meningkatkan fee based income untuk mengimbangi potensi penurunan pendapatan bunga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan