KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai industri sektor pengolahan logam dan mineral mengalami lonjakan tinggi. Hal ini terjadi karena kebijakan hilirisasi industri dalam upaya meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia. “Kita punya beberapa klaster industri baja. Sektor ini sebagai mother of industry. Di Cilegon misalnya, kapasitas produksi hari ini mendekati 5 juta ton per tahun dan ditargetkan mencapai 10 juta ton pada tahun 2025,” paparnya dalam keterangan pers, Rabu (14/2). Selain itu, lanjut Airlangga, Indonesia juga memiliki klaster industri baja di Morowali, Sulawesi Tengah. “Sebelumnya, kita mengekspor yang namanya nickel ore, tetapi saat ini kita sudah memproduksi tiga juta ton nickel pig iron dan 1,5 juta ton produk tengahnya berupa stainless plat,” ungkapnya.
Dampak hilirisasi, industri logam dan mineral terus bertumbuh
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai industri sektor pengolahan logam dan mineral mengalami lonjakan tinggi. Hal ini terjadi karena kebijakan hilirisasi industri dalam upaya meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia. “Kita punya beberapa klaster industri baja. Sektor ini sebagai mother of industry. Di Cilegon misalnya, kapasitas produksi hari ini mendekati 5 juta ton per tahun dan ditargetkan mencapai 10 juta ton pada tahun 2025,” paparnya dalam keterangan pers, Rabu (14/2). Selain itu, lanjut Airlangga, Indonesia juga memiliki klaster industri baja di Morowali, Sulawesi Tengah. “Sebelumnya, kita mengekspor yang namanya nickel ore, tetapi saat ini kita sudah memproduksi tiga juta ton nickel pig iron dan 1,5 juta ton produk tengahnya berupa stainless plat,” ungkapnya.