Dampak kenaikan BBM bersubsidi pada industri motor



JAKARTA. Belanja subsidi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPBN) 2015 mencapai Rp 433,5 triliun. Belanja subsidi tersebut menurut presiden terpilih, Joko Widodo terlalu besar. Apalagi, bila melihat sebagian besar porsi belanja subsidi tersebut habis untuk subsidi BBM.

Atas pertimbangan itulah Jokowi, melalui Tim Transisi Jokowi- JK yang dibentuknya beberapa waktu lalu sempat berencana memangkas belanja subsidi BBM dengan cara menaikkan harganya. Mereka, melalui Andi Widjajanto, Deputi Tim Transisi beberapa waktu lalu mengatakan tengah membuat simulasi mengenai besaran kenaikan harga BBM yang akan dilakukan oleh Jokowi- JK.

Johannes Loman, Direktur PT Astra Honda Motor sementara itu ketika dikonfirmasi oleh KONTAN atas rencana tersebut mengatakan bahwa kalau benar kenaikan BBM tersebut dilakukan, kebijakan tersebut akan berdampak negatif ke penjualan motor. "Kami memandang bahwa pengurangan subsidi merupakan hal positif walaupun dalam jangka pendek akan berdampak negatif," katanya Minggu (31/8).


Margono Tanuwijaya, Direktur Pemasaran Honda, meskipun demikian memperkirakan dampak negatif terhadap penjualan kemungkinan besar dipicu oleh kenaikan inflasi. Tapi, kemungkinan besar efek negatif tersebut tidak akan terjadi lama.

Dalam waktu tiga bulan, penjualan akan kembali normal. Margono bilang, perkiraan ini dibuat berdasarkan perhitungan pengeluaran masyarakat yang digunakan untuk membeli BBM yang lebih kecil jika dibandingkan dengan pengeluaran lain. "Paling hanya akan terjadi penyesuaian dalam waktu tiga bulan itu tadi, setelah penyesuaian masyarakat terhadap kenaikan BBM selesai permintaan kami perkirakan akan normal kembali," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia