Dampak Kenaikan BBM, Masyarakat Akan Lebih Memprioritaskan Pemenuhan Kebutuhan Dasar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter dari sebelumnya Rp 7.650 per liter. Sementara, Solar juga mengalami penyesuaian harga dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter.

Senior Industry Analyst Bank Mandiri Nadia Kusuma Dewi mengatakan bahwa perdagangan eceran makanan dan minuman maupun kebutuhan sehari-hari masih akan memiliki prospek yang bagus meskipun akan ikut terdampak kenaikan BBM.

Hanya saja, Nadia bilang, perdagangan eceran durable goods seperti fashion akan lebih terdampak kenaikan BBM. Hal ini dikarenakan masyarakat pada umumnya akan lebih memerlukan kebutuhan sehari-hari, seperti makanan dan minuman. 


Baca Juga: Penjualan Eceran Bulan Agustus 2022 Menguat Ditopang Digelarnya Hari Belanja Diskon

Apalagi pada saat daya beli terbatas, masyarakat akan lebih memprioritaskan memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih dahulu dibandingkan durable goods (barang tahan lama) dan kebutuhan pengisian waktu luang (leisure).

"Kenaikan harga BBM berpotensi berdampak terhadap kenaikan harga-harga barang ritel mengingat rantai distribusinya memerlukan biaya transportasi," ujar Nadia kepada Kontan.co.id , Jumat (9/9).

Hanya saja Nadia mengatakan, seberapa besar kenaikan harga barang-barang ritel akan kembali pada masing-masing produsen. Dalam hal ini, banyak hal yang mempengaruhi keputusan produsen dalam menaikkan harga produknya, di antaranya adalah jenis barang dan substitusinya, target pasar, kekuatan brand equity, (ekuitas merek)  serta keputusan manajemen terkait margin.

Ia menambahkan, bagi produsen yang mempunyai brand equity yang kuat dan punya target pasar golongan masyarakat kelas menegah ke atas kemungkinan akan lebih mudah untuk menaikkan harga produknya. Namun sebaliknya, produsen dengan target pasar kelas menengah ke bawah tentunya akan lebih sulit untuk menaikkan harga mengingat target pasarnya lebih sensitif terhadap perubahan harga.

Baca Juga: Bank Indonesia Catat Penjualan Eceran Tumbuh 5,4% di Agustus 2022

"Pemerintah dalam hal ini telah berupaya mempertahankan daya beli masyarakat dengan meningkatkan bansos masyarakat kelas bawah, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari," tutur Nadia.

Senada dengan Nadia, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, ysng perlu diperhatikan efek kenaikan BBM adalah tren penjualan pakaian jadi yang mulai menunjukkan pemulihan hingga Juli 2022 bisa kembali mengalami kontraksi.

Hal ini dikarenakan masyarakat akan mengurangi pembelian baju baru dikarenakan penghasilan yang ada akan disisihkan lebih besar untuk biaya transportasi atau pembelian BBM. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .