Dampak kenaikan harga BBM ke pangan tak besar



JAKARTA. Pemerintah menilai, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi berdampak kecil terhadap kenaikan harga bahan pokok. Sebabnya, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi tidak besar dalam struktur biaya produsen dan industri pangan. Dalam Raker dengan Komisi VI DPR, Rabu (3/6), Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menjelaskan, pemerintah memperkirakan dampak kenaikan harga pokok pangan hasil industri sebesar  1,5-3,5%. Sebab semakin maju suatu industri, maka semkin kecil dampak kenaikan BBM terhadap biaya operasional industri tersebut. "Karena kebanyakan industri pangan telah menggunakan BBM non subsidi," ujar Gita. Gita menjelaskan bahwa pemerintah telah memantau perkembangan harga sembako pada pra dan pasca kenaikan BBM. Pemantauan harga sembako pra kenaikan BBM dilakukan pada 21 Juni. Sedangkan pemantauan harga sembako pasca kenaikan BBM dilakukan pada 1 Juli. Gita juga menjelaskan bahwa Pemerintah melakukan pemantauan terhadap tiga kelompok komoditi sembako. Pertama, pangan hasil industri seperti gula pasir dan tepung terigu. Kedua, pangan hasil peternakan seperti daging ayam dan daging sapi. Ketiga, pangan segar hortikultura seperti cabai, bawang merah, dan bawang putih. Secara umum Gita mengatakan perkembangan harga sembako pasca kenaikan BBM relatif stabil. "Sebab kenaikan masih dikisaran 1,5% saja," ujar Gita dalam Rapat Komisi VI. Lebih jauh, Gita menjelaskan bahwa kenaikan harga daging dan telur ayam disebabkan tradisi peternak menaikkan harga menjelang puasa dan lebaran. "Di lingkungan peternak, dikenal istilah 5:7. Artinya 5 bulan merugi dan 7 bulan untung," kata Gita. Adapun kenaikan harga yang siginifikan, diakui Gita, terjadi pada kelompok hortikultura. Saat ini cabe rawit merah mengalami kenaikan 69,59%, bawang merah 21,66%. "Kenaikan harga cabe rawit merah dan bawang merah tahun ini memang lebih besar dibanding tahun 2012. Hal ini disebabkan anomali cuaca yang menyebabkan kualitas hasil panen menurun dan banyak mengalami kerusakan saat diangkut dari sentra produksi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Amal Ihsan