Dampak Naik Harga BBM ke Inflasi dan Laju Ekonomi, Ini Hitungan Ekonom Bank Mandiri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, Solar bersubsidi, dan Pertamax pada Sabtu (3/9).

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyebut, peningkatan harga BBM ini akan memicu inflasi dan berisiko memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022. Menurut hitungannya, inflasi pada tahun 2022 akan berada di kisaran 6,27% YoY dan pertumbuhan ekonomi tergerus 0,33 poin persentase (ppt).

“Kenaikan ketiga jenis BBM tersebut akan memicu naiknya inflasi, baik di putaran pertama (first round impact) atau dampak lanjutan pada inflasi lainnya (second round impact), seperti naiknya harga jasa transportasi, distribusi, hingga kenaikan harga barang dan jasa lainnya,” tutur Faisal kepada Kontan.co.id, Minggu (4/9).


Baca Juga: Tarif Sewa Truk Dipastikan Naik Seiring Kenaikan Harga BBM

Faisal pun menjabarkan hitungannya. Harga Pertalite naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, atau ada peningkatan sebesar 30,72%. Sedangkan harga Pertamax naik 16,00%, dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter. Nah, peningkatan harga kedua jenis BBM ini akan memberi tambahan inflasi sebesar 1,35 ppt.

Sementara itu, kenaikan harga Solar tercatat sebesar 32,04%, atau dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter. Peningkatan harga Solar ini berkontribusi sebesar 0,17% poin terhadap tingkat inflasi.

Nah, naiknya inflasi akibat kenaikan harga ketiga jenis BBM ini dipandang bisa menggrus daya beli masyarakat, terlebih konsumsi BBM jenis Pertalite merupakan yang terbesar dalam konsumsi bensin secara total di Indonesia.

Faisal khawatir, ini akan berisiko mengurangi pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Padahal, konsumsi ruamh tangga merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini dan bahkan digadang tetap bisa menjadi penggerak ekonomi pada tahun 2022.

Baca Juga: Organda: Tarif Angkutan Darat Dapat Naik Hingga 15% Akibat Kenaikan Harga BBM

Namun, ia mengapresiasi langkah pemerintah untuk memberikan bantalan bagi daya beli masyarakat, yaitu berupa tambahan bantuan sosial sebagai bentuk pengalihan subsidi BBM sebesar Rp 24,17 triliun.

Dengan menimbang hal ini dan melihat kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I-2022 yang berhasil tumbuh 5,23% didukung naiknya mobilitas masyarakat, bantuan sosial pemerintah, dan kinerja ekspor, Faisal masih optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 tumbuh di kisaran 5% YoY. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto