KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adhi Karya Tbk (
ADHI) mengakui kinerja keuangannya terganggu akibat dampak pandemi Covid-19. Laba bersih emiten pelat merah ini bahkan diperkirakan turun signifikan. "Laba bersih kuartal pertama kemarin diperkirakan turun lebih dari 75% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya," tulis manajemen ADHI dalam keterbukaan informasi yang disampaikan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (29/5).
Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) berharap kondisi kembali normal pada Juni 2020 Ada sejumlah hal yang membuat laba bersih tertekan cukup dalam. Pertama, beban utang yang harus ditanggung perusahaan tersebut. Pandemi membuat ADHI kurang leluasa melunasi pokok utang jangka pendek senilai Rp 4 triliun. Nilai ini berasal dari pokok utang sejumlah instrumen pinjaman seperti utang usaha, utang bank, obligasi dan
medium term notes (MTN). Tekanan tersebut melengkapi tekanan yang
ADHI alami dari sisi pendapatan. Pandemi membuat
ADHI berpotensi kehilangan pendapatan
double digit meski tak melebihi angka 25%. Penurunan tersebut lantaran
ADHI terpaksa membatasi sebagian operasional perusahaan. Pembatasan ini dilakukan antara satu hingga tiga bulan. "Pembatasan terutama pada proyek yang berada di kawasan yang menerapkan PSBB," imbuh manajemen. Manajemen
ADHI telah mengupayakan sejumlah cara guna menghindari tekanan yang lebih besar. Diantaranya, pengerjaan konstruksi yang dibatasi maksimal delapan jam tanpa ada lembur. Pengerjaan proyek juga dengan membagi para pekerja ke dalam kelompok kecil maksimal berisi enam orang.
Baca Juga: Laba Adhi Karya (ADHI) di kuartal I 2020 turun, meski pendapatan meningkat Soal utang pokok jangka pendek senilai Rp 4 triliun di pemberitaan ini, manajemen PT Adhi Karya Tbk (ADHI) memberikan penjelasan. Budi Harto, Direktur Utama Adhi Karya menjelaskan, utang pokok Adhi Karya senilai Rp 4 triliun yang sumbernya dari Himbara (Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan Bank BTN), serta sumber perbankan lain, sebagian belum ditarik. Sifat pinjaman tersebut
revolving dan transaksional sehingga setiap tahun fasilitas tersebut dilakukan perpanjangan. Perpanjangan dilakukan pada bulan April - Mei.
Dana tersebut dipergunakan untuk membiayai proyek-proyek berjalan yang dikerjakan Adhi Karya antara lain proyek LRT Jabodebek, proyek tol Banda Aceh- sigli (pre-financing) dan proyek proyek lainnya. Kewajiban Adhi karya atas utang jatuh tempo seperti obligasi jatuh tempo pada bulan 20 Maret 2020 lalu telah dilakukan sesuai jadwal. Obligasi yang sudah diselesaikan pada 20 Maret 2020 senilai Rp 500 miliar. ADHI juga mengajukan perpanjangan atau
roll over kepada perbankan atas cash loan dan non cash loan yang jatuh tempo ada periode pandemi Covid-19. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi