JAKARTA. Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo menuturkan, campur tangan Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga acuan menjadi sebesar 7,5 persen berkontribusi mengerem laju inflasi. Di sisi lain, dampak tekanan dollar AS atas rupiah terhadap inflasi diperkirakan baru akan terasa pada bulan Desember 2013. "Rupiah memang berpengaruh ke inflasi inti, tapi memang naiknya tidak tinggi karena masih bisa tertahan. Mungkin pelemahan rupiah baru akan terasa di Desember," kata Sasmito ditemui di kantor BPS, Jakarta, Senin (2/12/2013). Sebagaimana diketahui, BPS mencatat indeks harga konsumen pada bulan November cukup rendah pada level 0,12 persen. Angka yang cukup terkendali di tengah gejolak harga pangan. Ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti, menyebutkan, turunnya harga emas juga cukup memberikan andil dalam inflasi November ini. Sasmito mengatakan, selain minyak dan gas, Indonesia masih banyak mengimpor produk pertanian, utamanya hortikultura. Selain itu, impor bahan baku, impor mesin, serta impor komponen mobil dan juga handphone masih tinggi. “Mesin, handphone, dan komponennya tinggi sekali. Kan kita belum ada, baru ada dari Thailand, China, dan Singapura,” jelasnya. Ia pun mengakui kebijakan “ketat” pemerintah dan BI bakal berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat. Ia mengatakan, dengan adanya kebijakan tersebut, masyarakat dipaksa untuk mengurangi konsumsi sehingga impor bakal berkurang. Meski dampaknya, kata dia, pertumbuhan ekonomi diperhitungkan melambat. “Pasti inflasi di bawah 9 persen. Kalau inflasi di Desember kecil, 0,5 persen. Kasar-kasarannya 8,37 persen itu kan year on year, 7,79 itu year to date. Misalpun tambah 0,5 persen pun enggak bakal sampai 9 persen,” pungkasnya. (Estu Suryowati)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dampak pelemahan rupiah akan terasa pada Desember
JAKARTA. Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo menuturkan, campur tangan Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga acuan menjadi sebesar 7,5 persen berkontribusi mengerem laju inflasi. Di sisi lain, dampak tekanan dollar AS atas rupiah terhadap inflasi diperkirakan baru akan terasa pada bulan Desember 2013. "Rupiah memang berpengaruh ke inflasi inti, tapi memang naiknya tidak tinggi karena masih bisa tertahan. Mungkin pelemahan rupiah baru akan terasa di Desember," kata Sasmito ditemui di kantor BPS, Jakarta, Senin (2/12/2013). Sebagaimana diketahui, BPS mencatat indeks harga konsumen pada bulan November cukup rendah pada level 0,12 persen. Angka yang cukup terkendali di tengah gejolak harga pangan. Ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti, menyebutkan, turunnya harga emas juga cukup memberikan andil dalam inflasi November ini. Sasmito mengatakan, selain minyak dan gas, Indonesia masih banyak mengimpor produk pertanian, utamanya hortikultura. Selain itu, impor bahan baku, impor mesin, serta impor komponen mobil dan juga handphone masih tinggi. “Mesin, handphone, dan komponennya tinggi sekali. Kan kita belum ada, baru ada dari Thailand, China, dan Singapura,” jelasnya. Ia pun mengakui kebijakan “ketat” pemerintah dan BI bakal berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat. Ia mengatakan, dengan adanya kebijakan tersebut, masyarakat dipaksa untuk mengurangi konsumsi sehingga impor bakal berkurang. Meski dampaknya, kata dia, pertumbuhan ekonomi diperhitungkan melambat. “Pasti inflasi di bawah 9 persen. Kalau inflasi di Desember kecil, 0,5 persen. Kasar-kasarannya 8,37 persen itu kan year on year, 7,79 itu year to date. Misalpun tambah 0,5 persen pun enggak bakal sampai 9 persen,” pungkasnya. (Estu Suryowati)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News