Dampak perang dagang tingkatkan ekspor Mark Dynamics Indonesia (MARK)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski perekonomian global masih menyimpan resiko ketidakpastian sebagai dampak kebijakan ekonomi di Amerika Serikat (AS) serta lanjutan perang dagang dengan China, produsen cetakan sarung tangan, PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) masih dapat melihat celah agar tetap menguatkan bisnisnya di tahun ini.

Industri manufaktur yang 95% hasil produknya untuk ekspor ini memandang pasar kian menguat dengan adanya trade war. "Bagi kami yang berorientasi ekspor, peluang pasar luar negeri masih tetap besar dan efek perang dagang masih tetap meningkatkan ekspor di negara Malaysia," ujar Ridwan Goh, Presiden Direktur MARK kepada Kontan.co.id, Senin (18/3).

Dari segi harga dan kualitas produksi, saat ini cetakan sarung tangan MARK mampu bersaing dengan para kompetitor global. Tak heran, perusahaan ini tengah memperbesar volume penjualan ke China dan Vietnam.


Sebanyak 60% porsi volume penjualan diperuntukkan untuk pasar Malaysia, sementara kata Ridwan, sebanyak 30% untuk pasar Thailand dan sisanya mengisi pasar China dan Vietnam. Lebih lanjut ia menerangkan bahwa saat ini permintaan cetakan sarung tangan dunia masih lebih banyak daripada kapasitas produksi global.

Sehingga MARK optimis produknya dapat diserap oleh pasar-pasar tersebut. Untuk mengantisipasi kenaikan permintaan itulah perseroan bakal merampungkan pabrik barunya di Mei tahun 2019 ini.

Dengan kapasitas pabrik baru 90.000 unit per bulan dan utilitas sekitar 90%, diharapkan di tahun 2019 ini total kapasitas produksi pabrikan menjadi 630.000 unit per bulannya. Sekadar informasi, di tahun 2018 kemarin kapasitas produksi MARK telah menyentuh angka 540.000 unit per bulan.

Sementara itu terkait kondisi di dalam negeri dimana diadakannya pemilihan umum serentak tak membuat gentar MARK untuk terus melakukan ekspansi bisnis. "Kondisi politik dalam negeri tidak terlalu berpengaruh. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi pemilu sebelumnya, yaitu di 2009 dan 2014," sebut Ridwan.

Kala itu perseroan masih dapat menunjukkan kinerja pertumbuhan yang memuaskan. Secara khusus bagi MARK yang produknya spesifik dan berorientasi ekspor, kata Ridwan, selama tetap terjaganya situasi yang kondusif dan fundamental ekonomi yang baik maka kondisi politik saat ini masih tetap kondusif bagi perkembangan usaha perseroan.

Di tahun 2019 ini MARK diketahui mematok pertumbuhan laba bersih sekitar 30% dibandingkan tahun kemarin. Di tahun 2018 kemarin Ridwan sempat mengatakan bahwa jika dihitung dari laporan keuangan yang belum diaudit perolehan laba bersih perseroan dapat menyentuh angka Rp 80 miliar, di atas target semula tahun tersebut yang awalnya diproyeksikan sekitar Rp 63 miliar.

Adapun dengan target produksi dari pabrikan yang baru, MARK mematok target pendapatan sekitar Rp 362,8 miliar sampai akhir tahun 2019. Angka ini lebih tinggi 11,5% dari proyeksi di tahun 2018. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .