Dampak virus corona, hampir 36.000 perusahaan di Jepang menutup bisnisnya



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Hampir 36.000 perusahan di Jepang terpaksa menutup bisnisnya karena terkena dampak virus corona baru. Jumlah perusahaan yang tutup tahun ini bertambah drastis sejak pandemi.

Jumlah total perusahaan yang menutup bisnis, tapi tidak bangkrut, diperkirakan bisa mencapai 53.000 sampai akhir 2020 nanti. Tokyo Shoko Research melaporkan, jumlah ini akan menjadi yang terbanyak sejak data serupa mulai dikumpulkan pada 2000 silam.

"Dengan pandemi yang diperkirakan akan berkepanjangan, peningkatan jumlah perusahaan yang menghentikan bisnis tidak dapat dihindari," ungkap Tokyo Shoko Research dala pernyataannya seperti dikutip Japan Today.


Lembaga riset tersebut mencatat, ada 35.816 perusahaan yang tutup pada periode Januari-Agustus 2020. Jumlah tersebut meningka hingga 23,9% dari periode yang sama tahun lalu.

Angka itu setara dengan 1% dari keseluruhan perusahaan yang ada di Jepang, yang totalnya mencapai 3,58 juta perusahaan. Jika diperinci, 31% perusahaan yang menutup bisnisnya datang dari sekotr jasa, 18% dari sektor konstruksi, dan 13% dari sekto ritel.

Baca Juga: Gelombang kebangkrutan di Jepang, hampir 500 perusahaan bangkrut selama pandemi

Pemerintah Jepang beserta bank sentral Bank of Japan telah mengambil sejumlah langkah sejak Maret untuk mencegah penutupan unit usaha.

Beberapa perusahaan sedang berjuang untuk tetap bertahan bukan karena krisis keuangan, tetapi karena prospek permintaan yang mungkin menurun.

Pandemi virus corona teras sangat menantang bagi perekonomian Jepang. Negeri matahari terbit ini sempat mengalami kemerosotan ekonomi terbesar pada kuartal kedua lalu.

Analisis memperkirakan ekonomi Jepang pada kuartal ketiga hanya akan mengalami sedikit pemulihan saja. Dampak ekonomi ini akan terus Jepang rasakan sampai beberapa tahun ke depan.

Selanjutnya: Analis: Jalan menuju pemulihan ekonomi Jepang akan panjang dan sulit