KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aliran dana asing banyak cabut dari pasar saham Indonesia selama sepekan terakhir. Melansir RTI, Rabu (25/10) total net foreign sell di pasar reguler sebesar Rp 2,17 triliun dan di seluruh pasar mencapai Rp 2,28 triliun selama sepekan. Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Divion Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi Riawan mengatakan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab asing hengkang dari pasar ekuitas Indonesia. Antara lain, kenaikan yield obligasi pemerintah Amerika Serikat atau US Treasury yang mencapai dan potensi pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih cepat.
Baca Juga: IHSG Menguat 0,41% ke 6.834 Pada Rabu (25/10), UNTR, CPIN, AMRT Jadi Top Gainers LQ45 Faktor lain, sentimen data perkiraan produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang direvisi menurun, data purchasing managers index (PMI) manufacturing yang bergerak menurun, data ekspor dan impor yang turun di bawah perkiraan. Serta, kebijakan pengetatan lanjutan yang dilakukan Bank Indonesia (BI). “Selain itu, faktor ketidakpastian politik dalam negeri dan global juga berpotensi mempengaruhi keputusan investasi asing.” Kata Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (25/10) Sebaliknya, ada juga faktor-faktor yang bisa menarik dana asing masuk ke pasar saham Indonesia. Menurut dia, ada tiga faktor utama yang menjadi daya tarik Indonesia bagi investor asing. Yakni, imbal hasil (yield) tinggi relatif dibandingkan beberapa negara di Asia, risiko translasi nilai tukar rupiah yang relatif rendah dan terjaga oleh Bank Indonesia, dan ruang penurunan suku bunga BI yang terbuka seiring dengan rendahnya tingkat inflasi. Faktor lainnya, citra stabilitas politik Indonesia yang baik, fundamental makroekonomi yang terjaga, anggaran pemerintah yang bergerak ke arah yang lebih berkesinambungan, dan peringkat sovereign Indonesia yang kemungkinan besar akan tetap bertahan di investment grade. “Kenaikan suku bunga BI bisa menjadi salah satu cara untuk menarik dana asing kembali masuk ke Indonesia, namun hal ini juga harus disesuaikan dengan kondisi pasar global dan domestik.” kata dia Menurut Reza, meskipun saham-saham big caps terutama perbankan, konsumer, dan energi memang turut dilanda aksi jual asing sepekan terakhir, hal ini tidak serta merta membuat saham-saham tersebut tidak layak tadah.
Baca Juga: Musim Rilis Kinerja LQ45 Bergulir, Saham-saham Bluechip Pilihan Ini Layak Koleksi Saham-saham big caps masih memiliki prospek baik karena memiliki fundamental bisnis yang kuat dan kinerja keuangan yang solid. Reza merekomendasikan sejumlah saham-saham big caps: 1. Bank Central Asia (BBCA) dengan rekomendasi buy dengan target harga Rp 8.550 atau Rp 9.000 2. Bank Mandiri (BMRI) dengan rekomendasi buy dengan target harga Rp 6.500 3. Indofood Sukses Makmur (INDF) dengan rekomendasi buy dengan target harga Rp 8.500
4. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dengan rekomendasi buy dengan target harga Rp 5.350 atau Rp 5.400 Reza menambahkan, menjelang tahun politik, dana asing bisa saja terus keluar dari pasar saham Indonesia jika ada faktor-faktor negatif yang mengganggu kepercayaan investor asing terhadap prospek ekonomi dan politik Indonesia. Namun, hal ini juga bisa berubah jika ada faktor-faktor positif yang mendorong investor asing untuk kembali masuk ke pasar saham Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat