Dana asing cabut, investor lokal masuk



JAKARTA. Akhir Mei 2013, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di level 5.068,63, menjauhi rekor tertingginya di posisi 5.214,98 yang terjadi 20 Mei 2013. Dari sisi aliran dana asing, selama Mei, penjualan bersih (net sell) asing di pasar reguler senilai Rp 7,79 triliun.

Sebaliknya, dana investor lokal yang masuk ke bursa saham makin besar. Masuknya investor domestik cukup ampuh menahan IHSG jatuh lebih dalam lagi.

Analis First Asia Capital David Sutyanto menuliskan dalam risetnya (2/6), sentimen negatif bursa selama Mei berasal dari ekspektasi inflasi yang terlampau tinggi dan wacana pembatasan impor batubara oleh pemerintah China. "Tingginya asumsi inflasi dalam APBN memicu kekhawatiran jika hal itu akan mengakibatkan kenaikan suku bunga," tulis David.


Pemerintah memang mematok asumsi inflasi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2013 sebesar 7,2%. Bahkan, Bank Indonesia mematok prediksi inflasi lebih tinggi lagi, yakni 7,67%. Sebelumnya, pemerintah hanya memperkirakan inflasi di kisaran 4,9%.

Kata David, investor lokalĀ  mulai mengalihkan dana investasi (switching) dari obligasi dan deposito ke pasar saham. "Jika inflasi meningkat, return dari bunga deposito tidak menarik," ujarnya.

Direktur Utama Trimegah Asset Management dan Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI), Denny Thaher, menilai, masuknya investor domestik ke bursa bukan karena masalah inflasi atau switching. "Investor domestik melihat bahwa setiap koreksi menjadi potensi masuk," terang Denny.

Menurut Denny, sulit untuk semata-mata mengatakan perpindahan investasi domestik tersebut karena inflasi yang diprediksi bakal naik. Denny kembali menegaskan, faktor inflasi sebenarnya sudah diperhitungkan (price in) sejak lama.

Net sell asing di bursa saham selama Mei, lanjut Denny, hanya aksi ambil untung biasa. Ia juga belum melihat data kepemilikan asing di obligasi sehingga belum bisa memastikan secara pasti ke mana dana itu berpindah.

Sampai di sini, David memprediksikan, profit taking oleh investor asing masih akan berlanjut hingga ada sentimen yang positif, seperti pertumbuhan ekonomi yang di atas ekspektasi atau kenaikan peringkat utang Indonesia dari lembaga rating. Kenaikan rating utang ini mungkin terjadi bila ada realisasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM).

Sementara ini, pergerakan IHSG akan berlanjut mixed dengan kecenderungan melemah dan berpotensi menguji tahanan bawah alias support di level 5.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yuwono Triatmodjo