JAKARTA. Kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) terus menembus rekor. Bahkan, kenaikannya sepanjang Oktober melonjak tajam. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan per 30 Oktober 2013, kepemilikan asing di SBN mencapai Rp 318,43 triliun. Angka ini naik 8,26% ketimbang akhir September yang masih Rp 294,14 triliun. Meski mencapai rekor secara jumlah, porsi kepemilikan asing terhadap total SBN yang dapat diperdagangkan masih di posisi 32,34% lebih rendah ketimbang angka tertinggi 34,16% pada April lalu.
Sejak 4 Oktober, dana asing terus menambah kepemilikan SBN, baik dari pasar primer pada lelang SBN dan dari pasar sekunder. Peningkatan pesat kepemilikan asing terjadi pada 24 Oktober. Kepemilikan asing bertambah hingga Rp 5,93 triliun. Asing terutama menangkap SBN yang dilepas oleh perbankan. Hingga 30 Oktober, kepemilikan asing masih terus bertambah. Sementara kepemilikan SBN oleh Bank Indonesia (BI) menurun tajam. Ariawan, analis Sucorinvest Central Gani mengatakan, dana asing mulai masuk lagi ketika Bank Sentral Amerika Serikat (AS) melanjutkan program stimulus moneter sehingga mendorong investor asing berburu aset ke
emerging market. Apalagi, data ekonomi Indonesia membaik dan kurs rupiah mulai stabil. "Dengan kondisi yang mulai stabil, BI pun cenderung melepas kepemilikan di SBN," kata Ariawan. Direktur Surat Utang Negara DJPU, Loto Srinaita Ginting mengatakan, ini merupakan angka tertinggi sejak Juli 2011. Saat itu, persentase kepemilikan asing terhadap SBN menembus 35,54%. Loto optimistis kepemilikan asing akan terus meningkat. Sebab, keputusan The Federal Reserves untuk melanjutkan stimulus mendorong investor untuk mengoleksi SBN. "Kepemilikan asing dapat berkurang apabila isu tapering kembali digulirkan sejalan dengan perbaikan ekonomi AS," papar Loto.
Apabila skenario ini terjadi, Loto menduga akan berdampak pada meningkatnya volatilitas di pasar domestik. Hal ini memungkinkan terjadinya penurunan kepemilikan asing dan kenaikan yield SBN. Fakhrul Aufa, Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) menilai, naiknya kepemilikan asing di SBN ini dipengaruhi oleh faktor domestik dan eksternal. Dari domestik, kondisi fundamental ekonomi Indonesia semakin membaik. Dari faktor eksternal, berlanjutnya stimulus moneter AS menyebabkan likuiditas tetap terjaga, sehingga
capital inflow terus mengalir. "The Fed masih mempertahankan stimulus moneter karena pertumbuhan ekonomi AS belum membaik sesuai ekspektasi," jelas Fakhrul. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati