Dana asing di obligasi negara naik



JAKARTA. Dana investor asing yang parkir di surat berharga negara (SBN) meningkat. Pelambatan pertumbuhan ekonomi yang menjadi tema di banyak negara, menjadi alasan pemodal global meningkatkan eksposurnya di Indonesia.

Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), dana asing yang mengalir ke obligasi negara, sepanjang bulan ini, naik tinggi. Per 26 Juli, dana asing di SBN mencapai Rp 234,99 triliun. Angka tersebut meningkat, Rp 10,54 triliun month-to-date. Sebelumnya (25/7), kepemilikan asing di SBN Rp 253,90 triliun. Atau meningkat Rp 11,24 triliun.

Peningkatan nominal kepemilikan asing ikut memicu persentase di total outstanding SBN. Yaitu, mencapai 29,38% per 26 Juli dengan total SBN Rp 799,66 triliun. Naik dari akhir Juni sebesar 28,36% dari total outstanding Rp 791,18 triliun.


Kepemilikan asing di sukuk negara ikut menanjak. Menurut data DJPU, dana asing naik Rp 151 miliar month-to-date menjadi Rp 5,38 triliun, per 20 Juli. Jadi, kepemilikan asing meningkat 5,61% pada 20 Juli, dari posisi per akhir Juni, yang hanya 5,45%.

Kepercayaan asing juga terlihat dari pergerakan credit default swap (CDS) untuk Indonesia, yang turun sepanjang Juli. Angka potensi gagal bayar obligasi tenor 5 tahun (26/7) turun 5,97% dari akhir bulan lalu di 180,14. Sedangkan tenor 10 tahun turun 5,88%, menjadi 253,64.

Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Sekuritas menduga, investor asing tengah mendiversifikasi asetnya. "Mereka rugi di negara lain jadi menutupi dengan profit taking di obligasi pemerintah Indonesia," ujar dia.

Apalagi, kondisi ekonomi Indonesia yang jauh lebih baik dibandingkan di luar. "Pertumbuhan ekonomi kita sekitar 6% dan inflasi kita rendah," jelas Lana.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti, menuturkan, kepercayaan diri asing masuk ke Indonesia sudah naik. Kondisi fundamental Indonesia yang cukup baik menjadi alasan yang sangat wajar kalau Indonesia menjadi pilihan.

Ditambah dengan yield obligasi pemerintah yang masih menarik dibandingkan negara lain. Kepala Riset Reliance Securities, Wilson Sofan mengatakan asing sudah tidak ada pilihan berinvestasi lain. Kondisi ekonomi di Eropa dan Amerika yang tak menentu pilihan investasi yang masih menarik adalah di Asia termasuk Indonesia.

Ezra Nazula Ridha, Vice President Head of Fixed Income Manulife Asset Manajemen mengatakan kondisi ekonomi yang stabil menjadi daya tarik tersendiri bagi asing untuk terus masuk.

"Investor asing posisinya masih sekitar 29% di obligasi negara. Dana investor asing untuk menambah masih banyak," kata Ezra. Kondisi ini masih akan berlangsung jika suku bunga masih akan bertahan di level rendah.

Tetap waspada

Destry menduga asing masih akan terus masuk ke pasar SBN Indonesia. Namun, nilainya memang tidak akan signifikan. "Inflow masih akan ada tapi secara bertahap," tutur dia.

Meski begitu, Lana mengingatkan agar tetap waspada. Sebab peningkatan dana asing di pasar SBN bisa saja sementara, atau dalam jangka pendek. Saat ini, asing mencari momentum untuk keluar dari obligasi pemerintah. "Harus diwaspadai jika imbal hasil terus merosot hingga level 5,5%," ujar dia.

Destry juga menyarankan agar mulai hati-hati jika yield obligasi sudah di bawah 6%. Nah jika, asing mulai profit taking, investor jangan panik. Ia menyarankan, investor harus bisa memanfaatkan peluang yang terjadi. "Kondisi ini sudah pernah terjadi pada Maret silam," kata dia.

Hal lain yang perlu diawasi adalah kondisi global. Meski instrumen Indonesia masih menarik, tetap saja pemodal global akan cabut, apabila kondisi pasar global kembali memburuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana