Dana asing di SBN masih sepi



JAKARTA. Dana asing tampaknya masih enggan masuk ke pasar obligasi Indonesia. Padahal, tingkat risiko berinvestasi atau credit default swap (CDS) Indonesia sudah mulai turun.

CDS Indonesia untuk tenor lima tahun, Selasa (19/6), turun menjadi 186,265 dibanding awal Juni yag berada di posisi 254,040. CDS di awal bulan itu merupakan level tertinggi sejak Desember 2011.

Sedangkan CDS untuk jangka waktu 10 tahun juga turun menjadi 237,945 dari 315,000 dibanding pada awal bulan. CDS tenor 10 tahun ini sempat menyentuh level tertinggi pada 4 Juni 2012 di posisi 315,190 sejak akhir 2011.


Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan RI, kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) hanya naik tipis menjadi Rp 224 triliun (18/6) dari Rp 223,21 triliun (8/6).

I Made Adi Saputra, analis obligasi NC Securites, mengatakan, penurunan CDS akibat meredanya ketegangan politik di Yunani.Di akhir pekan kemarin investor menunggu hasil pemilu Yunani, selain itu krisis ekonomi di Spanyol sempat membuat CDS kita naik,” tambahnya.

Menurutnya, kenaikan kepemilikan asing belum signifikan lantaran investor masih melihat perkembangan di luar negeri. Sentimen yang paling menentukan adalah hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC), semalam (20/6). Salah satu kebijakan yang dinanti adalah rencana bank sentral The Fed melakukan pembelian kembali obligasi tenor panjang dengan obligasi tenor pendek.

Jika The Fed memberikan indikasi ke market bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga rendah agar pertumbuhan terus berjalan, ini akan menjadi sentimen positif bagi Indonesia. “Ini menunjukkan yield obligasi jangka panjang tetap rendah, sehingga diharapkan investor akan mencari ke emerging market yang memberikan imbal hasil lebih tinggi,” terangnya.

Namun, jika The Fed tidak ada indikasi memberikan stimulus, I Made cukup optimis harga obligasi Indonesia tidak terkoreksi tajam. Ini dilandasi optimisme bahwa bank sentral Eropa akan mengambil langkah untuk menyelesaikan permasalahan di benua biru itu kedepannya. “Salah satunya dengan ECB menurunkan suku bunga bulan depan untuk menstimulus pertumbuhan di kawasan Eropa,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini