Dana Asing Hengkang dari Pasar Saham Indonesia, Ini Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing terus keluar dari pasar saham tanah air. Pada perdagangan Selasa (24/10), investor asing mencatatkan aksi jual bersih alias net foreign sell hingga Rp 302,42 miliar di pasar reguler.

Dalam sepekan, asing mencatatkan aksi jual alias net sell hingga Rp 2,93 triliun di pasar reguler. Bahkan sepanjang bulan ini, investor asing mencatatkan aksi jual hingga Rp 4,18 triliun.

Sejumlah saham menjadi target penjualan investor asing dalam sepekan, mulai dari saham perbankan seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net sell Rp 938,1 miliar, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan net sell Rp 613,3 miliar, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan net sell Rp 515,3 miliar, dan PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) dengan net sell Rp 99,4 miliar dalam sebulan.


Baca Juga: Indeks LQ45 Loyo, Ini Saham Murah yang Menarik untuk Dikoleksi

Ada juga saham blue chips lainnya yakni saham PT Astra International Tbk (ASII) dengan net sell Rp 199,5 miliar, saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan net sell Rp 126,9 miliar, dan saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dengan net sell Rp 85 miliar.

Head of Business Development FAC Sekuritas Indonesia Kenji Putera Tjahaja menilai, keluarnya dana asing dari pasar saham Indonesia dikarenakan imbas kenaikan imbal hasil (yield) US Treasury tenor 10 tahun yang menyentuh level 5%. Rate dari imbal balik investasi tentunya akan menjadi lebih menarik bagi investor asing untuk memulangkan dananya kembali ke pasar keuangan dan obligasi Amerika Serikat (AS).

Kenji menilai, langkah BI menaikkan suku bunga acuan ke level 6% sudah cukup tepat untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan peningkatan nilai dollar AS.  “Sehingga, diharapkan kebijakan ini bisa menahan dan menjadi stimulus untuk dana asing masuk kembali ke Indonesia,” kata Kenji kepada Kontan.co.id, Selasa (24/10).

Kenji menyebut, di tengah kondisi penguatan dolar AS dan penguatan suku bunga, saham sejumlah sektor yang terdampak langsung seperti saham sektor keuangan, properti, dan barang konsumsi memang cenderung mengalami koreksi. 

Baca Juga: Banyak Dikoleksi, Cermati Saham Favorit Asing pada Awal Pekan Ini

Namun, investor bisa menggunakan strategi buy on weakness terhadap saham-saham seperti perbankan yang berfundamental bagus.

Investor bisa melakukan buy on weakness di area support, dan apabila break support bisa tetap melakukan cicil beli, namun dengan tenor investasi lebih ke arah jangka menengah hingga panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi