KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hengkangnya dana asing turut menahan laju pasar saham domestik. Bagaimana tidak? Selama kuartal ketiga tahun ini, pemodal asing membukukan penjualan bersih alias
net sell mencapai Rp 28,1 triliun di Bursa Efek Indonesia (BEI). Angka tersebut melampaui rekor sebelumnya di kuartal IV 2016. Kala itu,
net sell asing sebesar Rp 18,28 triliun. Rekor sebelumnya dibukukan pada kuartal III 2015, dengan
net sell asing sebanyak Rp 16,87 triliun. Derasnya arus keluar dana asing turut memengaruhi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sepanjang kuartal III 2017, IHSG hanya naik tipis 1,22%. Sementara IHSG selama kuartal II 2017 tumbuh 4,70% dan kuartal I 2017 naik 5,12%.
Liyanto Sudarso,
Investment Analyst MNC Asset Management, menilai, IHSG saat ini cukup anomali. Lantaran, asing terus
net sell dan rupiah dalam tren melemah. Ada sejumlah pemicu, antara lain rencana pemotongan pajak korporasi di AS, The Fed mengurangi beban aset pada Oktober, serta kenaikan suku bunga The Fed di akhir tahun. "Tapi, investor lokal terus menjaga performa IHSG, terutama dari sektor perbankan," ujar Liyanto. Menurut Liyanto, bila dalam laporan keuangan kuartal ketiga sektor perbankan bisa menjaga NPL kurang dari 3%, maka investor lokal bisa mempertahankan kinerja IHSG dengan masuk ke sektor tersebut. "Investor juga lihat data inflasi," katanya. Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido menyatakan, saat ini investor lokal memanfaatkan momentum keluarnya pemodal asing dari pasar saham. Dana asing bergeser ke surat utang karena memanfaatkan peringkat
investment grade. Selain itu, gencarnya pembangunan oleh pemerintah yang butuh dana besar juga menjadi alasan masuknya asing. Pada kuartal keempat, Kevin cenderung tertarik mencermati emiten, seperti BRPT dan BBTN. Dari
second liner antara lain BJTM, BNLI, JPFA, MDLN, juga MEDC. Yang terdekat, pasar menanti pengumuman inflasi. Pasar juga mencermati rilis laporan keuangan kuartal III. "Jika laporan menunjukkan pertumbuhan yang baik, potensi investor asing akan balik lagi ke saham sangat terbuka lebar," ucap dia. Sektor konsumer Analis NH Korindo Sekuritas, Raphon Prima menyebutkan,
net sell kuartal III sudah cukup signifikan dan mencapai puncaknya. Dia memprediksikan, di kuartal IV tekanan
net sell akan mereda. Sektor konsumer dan aneka industri bakln mendominasi penguatan di kuartal empat. "Mengingat,
return kedua indeks ini masih rendah dibanding sektor keuangan yang sudah mencetak
return tinggi," ujar dia. Bukan cuma itu, ada ekspektasi
rebound pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga. Konsumsi rumahtangga berpotensi menopang sektor konsumer dan aneka industri, utamanya otomotif. "UNVR, INDF, dan ASII layak dipertimbangkan," kata Raphon.
Sentimen dari luar, seperti kebijakan The Fed dan reformasi pajak Presiden Donald Trump, diperkirakan membuat posisi dollar AS menguat. Tapi, dengan laju ekonomi Indonesia yang lebih baik, tekanan dollar AS bisa terkontrol. "Terutama, di sisi cadangan devisa dan defisit
current account," imbuh Raphon. Memasuki kuartal IV 2017, pasar memang menanti rilis laporan keuangan kuartal III. Di tengah derasnya dana asing yang keluar, beberapa analis menilai, indeks saham saat ini masih cukup kuat. "IHSG di posisi 5.900 membuktikan
net sell tidak membebani," ujar Bertoni Rio,
Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia. Menurut Bertono, ada beberapa hal yang membuat IHSG bertahan. Misalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik di tengah gejolak politik, pelemahan rupiah, dan keyakinan adanya pertumbuhan emiten yang tahan uji. Selain itu, IHSG akan disokong kehadiran emiten baru yang
listing (IPO) di BEI. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini