JAKARTA. Aliran dana asing kembali mengalir ke surat berharga negara (SBN) pada akhir bulan ini. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan menunjukkan, kepemilikan investor asing hingga 29 Januari mencapai Rp 271,95 triliun. Jumlah ini naik Rp 2,44 triliun dibandingkan posisi pada pekan sebelumnya (21 Januari) sebanyak Rp 269,51 triliun. Analis Sucorivest Asset Management, Jemmy Paul, mengatakan, investor asing masih menganggap berinvestasi di surat utang Indonesia lebih menguntungkan ketimbang negara lain. Ambil contoh, yield surat utang Indonesia bertenor 10 tahun yang kemarin (30/1), sebesar 5,22%, masih lebih tinggi ketimbang yield surat utang Thailand bertenor sama yang hanya sebesar 3,70%, atau Taiwan yang sebesar 1,19%. Selain itu, nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) relatif rendah dibandingkan negara lain, sehingga beban biaya atau cost of fund yang dikeluarkan oleh investor asing untuk masuk ke obligasi Indonesia tidak terlalu tinggi. "Fundamental ekonomi Indonesia yang masih bagus membuat dana asing masih akan terus masuk ke obligasi Indonesia," kata Jemmy, kemarin.
Dana asing masuk di akhir bulan
JAKARTA. Aliran dana asing kembali mengalir ke surat berharga negara (SBN) pada akhir bulan ini. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan menunjukkan, kepemilikan investor asing hingga 29 Januari mencapai Rp 271,95 triliun. Jumlah ini naik Rp 2,44 triliun dibandingkan posisi pada pekan sebelumnya (21 Januari) sebanyak Rp 269,51 triliun. Analis Sucorivest Asset Management, Jemmy Paul, mengatakan, investor asing masih menganggap berinvestasi di surat utang Indonesia lebih menguntungkan ketimbang negara lain. Ambil contoh, yield surat utang Indonesia bertenor 10 tahun yang kemarin (30/1), sebesar 5,22%, masih lebih tinggi ketimbang yield surat utang Thailand bertenor sama yang hanya sebesar 3,70%, atau Taiwan yang sebesar 1,19%. Selain itu, nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) relatif rendah dibandingkan negara lain, sehingga beban biaya atau cost of fund yang dikeluarkan oleh investor asing untuk masuk ke obligasi Indonesia tidak terlalu tinggi. "Fundamental ekonomi Indonesia yang masih bagus membuat dana asing masih akan terus masuk ke obligasi Indonesia," kata Jemmy, kemarin.