Dana asing membanjiri pasar SUN



JAKARTA. Inflasi yang mulai kendur membuat tekanan di pasar obligasi berangsur menurun. Dana asing pun kembali masuk ke pasar obligasi. Imbasnya, kepemilikan asing di surat utang negara (SUN) kembali meningkat.

Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan menunjukkan, dana asing sepanjang bulan September 2013 bertambah Rp 10,12 triliun menjadi Rp 294,13 triliun dibanding akhir Agustus.

Loto Srinaita Ginting, Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) mengatakan, posisi dana asing per Selasa (8/10) telah mencapai Rp 294,17 triliun. Kepemilikan asing mencapai 31,25% dari total penerbitan Surat Utang Negara (SUN). Loto optimistis, dana asing masih akan masuk ke pasar obligasi negara hingga akhir tahun ini. Hal ini didukung oleh sentimen pemangkasan stimulus moneter di Amerika Serikat (AS) yang mulai mereda.


I Made Adi Saputra, analis NC Securities mengatakan, kemungkinan stimulus moneter AS masih akan dipertahankan hingga akhir tahun 2013.  Ini membuat aliran dana investasi ke emerging market akan kembali pulih.

Fakhrul Aufa, analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) menambahkan, penutupan pemerintahan AS secara parsial juga memicu larinya dana investasi ke negara emerging market, termasuk Indonesia. Ia memperkirakan, di akhir tahun ini, porsi investor asing di obligasi negara bisa bertambah menjadi 33% dari total obligasi negara dibandingkan posisi saat ini yang sekitar 31%.

M Adra Wijasena, Fixed Income Analyst PT Mega Capital Indonesia bilang, dari dalam negeri, beberapa indikator ekonomi Indonesia cukup positif. Mulai dari inflasi yang mereda, nilai tukar rupiah mulai stabil, dan defisit neraca berjalan kian mengecil.

Menurut dia, jika kestabilan rupiah bisa dijaga maka asing akan lebih tertarik untuk masuk. Apalagi, Indonesia menawarkan yield menarik. "Hingga akhir tahun ini kepemilikan asing di obligasi negara bisa kembali menyentuh level tertinggi tahun ini yakni di bulan Mei lalu, sebesar Rp 303 triliun," ujar dia.

Harga berpotensi naik

Dana asing yang kembali masuk ke pasar obligasi diperkirakan akan ikut menurunkan imbal hasil dan mengerek harga obligasi. Made memperkirakan, rata-rata yield obligasi negara di pasar sekunder berpotensi turun sekitar 5 basis poin-10 basis poin untuk SUN bertenor pendek. Sedangkan, untuk tenor panjang bisa turun lebih dalam sekitar 10 basis poin- 20 basis poin.

"Apabila pemangkasan stimulus AS tidak dilakukan tahun ini serta tingkat suku bunga acuan (BI rate) tidak berubah, maka saya perkirakan yield obligasi negara di pasar sekunder akan turun," ujar Made.

Meskipun berpotensi naik, namun Fakhrul melihat, kenaikan harga obligasi negara tidak akan sekencang seperti di awal tahun ini. Sebab, secara fundamental, kondisi Indonesia sudah mengalami perubahan seiring dengan kenaikan BI rate. Dampak kenaikan BI rate sebelumnya telah mendorong kenaikan yield obligasi di beberapa bulan terakhir.

Fakhrul memperkirakan, yield surat utang negara bertenor 10 tahun bisa mencapai kisaran 7,9%-8,3% di akhir tahun ini. Data IBPA menunjukkan, yield SUN seri acuan atau benchmark FR0063 bertenor 10 tahun di pasar sekunder, Selasa (9/10), tercatat sekitar 7,9% .      n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini