JAKARTA. Rekor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terbentuk. Rabu (27/3), IHSG berhasil ditutup menguat 1,77% ke 4.928,10. Sejak awal tahun atau year to date, IHSG telah naik 14,16% dari level 4.316,69. Para analis menilai, kenaikan IHSG kali ini lebih disebabkan aliran dana asing. Kepala Riset Mandiri Sekuritas John Daniel Rachmat menilai, selama aliran dana asing terus masuk ke pasar saham Indonesia, IHSG akan terus melaju. Ini karena kondisi Eropa dan Amerika Serikat masih negatif. Dana asing di pasar saham sepanjang tahun ini sudah mencapai Rp 18,25 triliun. "Meski beberapa waktu lalu asing sempat jualan Rp 1 triliun, dua hari ini saja mereka sudah masuk lagi Rp 1 triliun," ujar Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia. Menurut dia, masuknya asing karena melihat estimasi price earning ratio (PER) di 2013 masih di bawah 18 kali, yaitu di 15,68 kali.
Hasil kinerja emiten yang cukup positif di tahun lalu menurut Satrio jauh di atas ekspektasi para analis. "Kinerja emiten 50% di atas estimasi para analis, terutama kinerja perbankan," jelas dia. Sekarang, menurut dia, investor masih menunggu hasil laporan keuangan kuartal I untuk melihat bagaimana proyeksi IHSG ke depan. Faktor lain, menurut analis CIMB Securities Mastono Ali, yang harus diwaspadai adalah inflasi. CIMB memproyeksikan inflasi sampai akhir tahun tidak lebih dari 5,2% - 5,7%. Asumsi inflasi tersebut akan membawa IHSG di 5.100. Namun, jika inflasi ternyata lebih besar dari itu, Mastono memperkirakan, target tersebut sulit tercapai. Faktor eksternal juga masih mempengaruhi IHSG. "Siprus memang sudah mendapat jalan keluar, namun jika muncul lagi negara lain (yang bermasalah), IHSG bisa terimbas," terang Mastono. Pendapat John Daniel lain lagi. Dia bilang, IHSG kali ini sudah mencerminkan fundamental alias fair value. Alhasil, IHSG berpotensi mengalami koreksi. Hanya asing yang memainkan peran saat ini. Hitungan John, posisi wajar IHSG ada di 4.545. "Jika ada sentimen negatif yang lebih kuat dari Siprus, IHSG bisa turun lebih dalam," tutur dia. Proyeksi Satrio sejak awal tahun pun tidak berubah. Menurut dia, IHSG hanya akan naik ke 5.200 sampai akhir tahun. "Kalau secara teknikal menurut saya mungkin akan ke 5.600," jelas dia. Masih mungkin mendaki Analis Sucorinvest Central Gani Pang Tek Djen, dalam risetnya, Rabu (27/3), justru melihat secara teknikal IHSG bisa menembus level 6.200 di 1 Januari 2014. Asal, IHSG tidak menembus support di 4.196. Batas support terdekat yang harus dilalui oleh IHSG di 4.904. Analis Batavia Prosperindo Sekuritas Parningotan Julio pun yakin, IHSG masih memiliki tenaga untuk naik. Apalagi, kenaikan volume transaksi IHSG naik. Kemarin saja, nilai transaksi bursa Rp 8,8 triliun. Level atas terdekat IHSG menurut dia ada di 5.000 dan akan menuju 5.207 sampai akhir tahun. Artinya, dalam dua bulan ke depan, IHSG bisa saja kembali koreksi. Parningotan mengamati pola IHSG akan mencapai titik support di 4.600 - 4.700. Batas bawah versi Mastono juga tak jauh beda. Jika IHSG dalam dua bulan tidak menebus level bawah 4.750, Mastono memproyeksikan IHSG bisa melanjutkan perjalanan ke 5.100 - 5.200. "Kami juga tengah merevisi proyeksi IHSG akhir tahun kami di 5.100 sambil menunggu hasil kinerja seluruh emiten," ujar dia.
Satrio menilai level support yang harus diwaspadai adalah 4.700. "Saya rasa sulit IHSG akan kembali ke level 4.500," imbuh dia. Toh, pelaku pasar tetap harus jeli memilih saham yang akan dijadikan lahan investasi. Pasalnya, beberapa saham sudah mulai mahal. Dia menyarankan untuk melihat PER saham. Jika sudah melebih rata-rata sektoral, sebaiknya tidak disimpan dalam jangka panjang. Saran Satrio, lebih baik memakai sistem trading. Beberapa sektor yang menurut dia masih layak koleksi di antaranya, bank, konstruksi, dan properti. "Untuk simpan jangka panjang, saya hanya pilih BBRI, BMRI, dan beberapa bank second liner," ujar dia. Sementara Mastono rekomendasi saham JPFA, MAIN, BMRI, BBCA, BBKP, dan BBTN. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana